TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Pergerakan tanah masih terus terjadi di Kampung Cigedogan, Desa Mekarmulya, Kecamatan Cikalong, Cianjur.
Sejak gerakan tanah pertama kali terjadi, Selasa (21/1) lalu, kondisi di kampung ini sudah jauh berubah.
Banyak rumah, pohon, dan jalan yang tak lagi berada di tempat semula karena permukaan tanah terus bergeser hampir setiap tiga jam sekali.
"Mungkin kalau pernah lihat film tentang kiamat yang judulnya 2012, ini mungkin sebagian kecil dari adegan di film itu. Tanah seperti karpet yang diempaskan," ujar Kapolres Cianjur, AKBP Dedy Kusuma Bakti, di Kampung Cigedogan, Selasa (28/1/2014).
Di kampung ini apa yang tadinya jalan dan dataran kini berubah menjadi kubangan atau gundukan tanah. Rumah-rumah bergeser hingga sejauh 50 meteran dari tempat semula.
"Jumlah rumah rusak dan roboh setiap hari bertambah. Karena itu kami memasang garis polisi di tujuh titik terutama jalur menuju ke tengah kampung ini. Garis polisi ini agar warga tidak keluar dan masuk membahayakan dirinya sendiri," ujar Dedy.
Kepala BPBD Kabupaten Cianjur Asep Suhara mengatakan, hasil pendataan terakhir, jumlah rumah yang rusak 91 buah.
Jumlah itu terdiri dari 76 rumah rusak berat, lima rumah rusak sedang, 10 rumah rusak ringan. Adapun rumah yang terancam terkena dampak pergerakan tanah sebanyak 248 rumah.
"Sebanyak 355 kepala keluarga sudah mengungsi akibat pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Cigedogan. Total jiwa sebanyak 1.215, terdiri dari 618 laki-laki dan 598 perempuan. Jumlah ini terus bertambah," kata Asep kepada Tribun di Cikalong.
Berdasarkan hasil kajian dari Badan Geologi, kata Asep, pergerakan tanah di Kampung Cigedogan terus meluas dan terjadi setiap jam. Karenanya warga harus direlokasi agar tidak timbul korban jika terjadi pergerakan tanah yang cukup signifikan.
"Untuk relokasi secepatnya akan dibahas. Mengingat jumlah warga yang harus direlokasi cukup banyak dan terus bertambah kami akan melakukan kordinasi dengan instansi pemerintah di Kabupaten Cianjur lainnya. Rencannya kami akan mencoba merelokasi warga di atas tanah HGU yang ada di Desa Sukawarna. Karena hingga saat ini persoalan relokasi terkendala lahan," ujar Asep. (cis/zam)