TRIBUNNEWS.COM, PANDEGLANG - Pulau Popole, satu dari dua pulau yang dimiliki keluarga Ratu Atut, menjadi wilayah perkebunan kelapa dan melinjo bagi "dinasti politik" Banten tersebut.
Yanti, penjaga Pulau Popole, mengatakan ia mengetahui ayah Ratu Atut (Chasan Sochib) awalnya menyewa pulau tersebut selama 35 tahun.
"Saya tahu tentang hal itu dari Ipah (orang kepercayaan keluarga Ratu Atut untuk mengurus kedua pulaunya)," kata Yanti kepada Warta Kota, beberapa waktu lalu.
Tapi Ipah dan Yanti, sama-sama tak tahu seperti apa proses penyewaan pulau itu. Harga sewanya ke Pemprov Banten pun mereka tak tahu.
Menurut Yanti, Pulau Popole disewa sejak tahun 1992. Awalnya disewa selama 15 tahun. Tapi, setelah masa sewa habis tahun 2007, Chasan menambah masa sewa 20 tahun lagi.
Di Pulau Popole, Chasan pernah membangun vila. Rencananya vila itu akan dijadikan resort eksklusif. Seingat Yanti, Pulau Popole mulai dibangun tahun 1992.
Awalnya sudah dibangun jalan setapak ke hutan. Kemudian dilanjutkan pembangunan vila sekitar tahun 1996. Tapi, pembangunannya tak pernah selesai.
Terhenti persis saat Presiden Soeharto lengser. Vila itu kini mangkrak dan rusak seperti rumah hantu.
Sejak vila gagal dibangun, Chasan hanya rutin memerintahkan orang memanen kelapa setiap tiga bulan sekali. Selain kelapa, melinjo dari dalam hutan Popole jua sering dipanen.
"Kalau tanaman kelapa memang ada yang sudah tumbuh, dan adapula yang ditanam agar tambah banyak. Tapi kalau melinjo itu memang banyak tumbuh di hutan," kata Yanti.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah (52), yang kini menjadi penghuni terungku Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ternyata memiliki kekayaan yang luar biasa.
Betapa tidak, "Sang Ratu" ternyata memunyai dua pulau di wilayah Pandeglang, Provinsi Banten. Pulau itu ialah, Pulau Liwungan dan Pulau Popole. Tapi sejak Atut menjadi tahanan KPK, kondisi kedua pulau itu telantar. (ot/gps)