TRIBUNNEWS.COM TASIKMALAYA, — Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman menyatakan, RSU dr Soekardjo saat ini terancam bangkrut. Soalnya, piutang dari Kementerian Kesehatan RI selama 4 bulan sebesar Rp 22 miliar belum dibayarkan.
"Piutang RSUD kita totalnya Rp 28 miliar. Paling besar piutang dari Kemenkes sebesar Rp 22 miliar dan sisanya dari BPJS. Sekarang saja para supplier obat belum terbayar, stok obat pun sekarang mulai kosong. Bisa dikatakan terancam bangkrut," jelas Budi kepada wartawan, Rabu (26/2/2014).
Dijelaskan Budi, jumlah piutang Kemenkes itu merupakan tunggakan Jamkesmas selama empat tahun. Dia khawatir, jika kondisi ini terus dibiarkan, pelayanan kesehatan masyarakat di wilayahnya bakal terganggu. Apalagi sebagian besar warga miskin di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya berobat ke rumah sakit milik pemerintah tersebut.
"Paling dikhawatirkan adalah pelayanan kesehatan bagi warga miskin di rumah sakit ini. Pasti nantinya akan ada warga yang protes karena pelayanan terganggu," tambah Budi.
Sementara itu, Kepala RSU dr Soekardjo Kota Tasikmalaya, dr Wasisto Hidayat, membenarkan, saat ini stok obat untuk pelayanan pasien di rumah sakitnya mulai kosong.
"Paling dikhawatirkan itu obat bius operasi, obat bius, obat cuci darah dan talasemia, itu tidak ada di apotek. Kalau operasi mandek akan berakibat kematian. Makanya beberapa minggu ke belakang kita dapat pinjaman dana Rp 1 miliar dari bank agar rekanan bisa tetap memasok obat," ujar Wasisto.
Sampai sekarang, hampir 60 persen pemasok obat ke rumah sakit telah berhenti mengirim obat. "Ada 60 persen pemasok obat sudah berhenti mengirim, karena kita belum bisa membayar mereka. Untuk makanan, masih tetap berjalan meski kita mengutang," tambah dia.
Para pasien saat ini, kata Wasisto, menyiasati untuk mendapatkan obat dengan membeli di luar rumah sakit. Namun, mereka pun mulai mempertanyakan kekosongan obat di rumah sakit. "Sekarang saja pasien banyak yang protes tidak ada obat," pungkasnya.