TRIBUNNEWS.COM, PROBOLINGGO - Gunung Bromo menjadi gunung berapi aktif di Jatim yang paling banyak dikunjungi turis (wisatawan). Aktivitas vulkanologi, yang sewaktu-waktu bisa membahayakan justru menjadi daya tarik kuat, terutama aktivitas kawah yang terus bergolak.
Keindahan panorama alam sekitar makin melengkapi daya pikat gunung yang berada satu deretan dengan Gunung Semeru itu. Turis lokal dan mancanegara terus berdatangan. Lebih-lebih saat berlangsungnya perayaan Kasada, yang digelar suku Tengger di sana.
Status waspada yang disematkan sejak 3 Oktober 2012 silam tak menyurutkan animo turis. Kalau pun terjadi penurunan turis dalam dua pekan terakhir, itu sama sekali tidak terkait status waspada Gunung Bromo. Penurunan pengunjung disebabkan erupsi gunung Kelud, yang membuat kawasan sekitar Bromo ikut tertutup hujan debu.
Terhitung sejak Oktober 2012, status waspada Bromo itu sudah berlangsung hampir satu setengah tahun. Tidak ada tanda-tanda status akan meningkat. Namun juga tidak pernah turun.
Moh Syafii, Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Bromo di Dusun Cemoro Lawang menjelaskan, perut Bromo saat ini masih terus bergolak. Gempa tremor yang terjadi setiap hari menjadi tandanya.
Namun tremor sebesar 0,5 hingga 1 milimeter itu tidak bisa dirasakan di permukaan. Gempa dari perut bumi sedalam 20 kilometer ini hanya bisa tangkap dengan amplitudo.