TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Hotspot akibat pembakaran lahan dan hutan di Riau terus meningkat. Jika pada Rabu (26/3/2014) hotspot dari satelit NOAA hanya 68 titik. Pada hari ini meningkat menjadi 173 titik.
Hotspot terkonsentrasi di daerah gambut di Bengkalis (33), Pelalawan (29), Dumai (22), Rohil (22), Siak (20), Inhu (16), Inhil (11), Kuansing 7, Kampar 6, Meranti 6 dan Rohul 1. Sedangkan dari satelit Modis ada 219 titik yaitu Bengkalis 105, Rohil 24, Dumai 18, Meranti 18, Inhil 18, Pelalawan 17, Siak 12 dan Inhu 7.
Adanya peningkatan dan sebaran hotspot tersebut disebabkan 2 hal yaitu karena api lama tumbuh besar lagi yang berasal dari gambut. Api yang membara di bagian bawah gambut membakar bagian permukaan, bahkan ada yang muncul di lahan berjarak 1-2 km dari bagian bawah yang terbakar.
"Yang kedua memang dibakar lagi. Pembakaran masih dilakukan oleh individu maupun kelompok, baik di lahan maupun di hutan. Dengan kondisi yang kering dan bergambut maka mudah sekali terbakar," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan persnya.
Dampaknya kabut tipis kembali menutupi beberapa wilayah. Kualitas udara menurun di beberapa tempat. Visibility 5-8 km di beberapa daerah di Riau. Penerbangan sipil berjalan normal.
Untuk mengatasi itu, Kepala BNPB, Syamsul Maarif, selaku Dansatops Pengendalian Api dan Asap memerintahkan operasi diintensifikan. Patroli malam dilakukan TNI di lokasi-lokasi rawan kebakaran agar tidak dibakar lagi. 2.856 personil satgas darat masih memadamkan titik api.
TNI Zipur dan Armed dipindahkan ke Dumai untuk memadamkan titik api baru. 2 titik api dan 20 titik asap berhasil dipadamkan. Manggala Agni berhasil memadamkan api 30 ha dan titik asap 25,5 ha di kebun kelapa sawit di Siak. Helicopter melakukan water bombing 284 kali. TMC menyemai awan dengan 5 ton dengan pesawat Hercules dan Cassa. Hujan turun di Rokan Hulu dan bagian selatan Riau.
Total 102 orang dan 1 korporasi ditetapkan sebagai tersangka.