"Abah (Asep Sunandar) itu seorang seniman, budayawan, sekaligus pendakwah. Sebab dalam pergelarannya beliau selalu menyampaikan ayat suci Alquran dan Hadis dengan pemahaman yang tepat," kata Heryawan, kemarin.
Menurut Gubernur, Asep memiliki kelebihan saat mendalang. Ketika mengocok perut penonton dengan lawakan wayangnya, di saat bersamaan ia mampu menyampaikan ajaran agama Islam dengan baik.
Heryawan mengaku sangat kehilangan dalang kondang tersebut. Terlebih secara pribadi ia mengaku sangat dekat dengan sang dalang, terutama setelah menjabat sebagai gubernur.
Menurut Heryawan, sejak remaja ia sudah sering menonton pergelaran wayang golek dengan dalang Asep Sunandar. "Waktu masih di Sukabumi, biasanya nonton pergelaran beliau (Asep) sampai larut malam," kata Heryawan.
Mang Ewon, asisten dalang Asep Sunandar, mengatakan, selama 23 tahun mendampingi Asep banyak peristiwa yang dilalui. Ia bersama Asep sudah sering tampil baik di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti Prancis, Belgia, dan Inggris. Asep pun sering berpesan untuk terus berkarya.
"Beliau itu sosok yang humoris dan bersih. Di mana saja beliau tidak pernah mengeluh, termasuk saat tampil. Saya kagum kepada beliau dan sebagai teladan," katanya.
Dalam kesehariannya, kata Ewon, Asep selalu tampil tenang dan santai walau memiliki masalah. Asep selalu membimbing anak buahnya dan selalu berpesan untuk selalu takwa kepada Allah swt.
"Beliau selalu membimbing mengenai agama. Di mana pun juga beliau pesannya jangan sampai lupa kepada Allah swt," kata Ewon.
Mang Ewon mengaku belum mengetahui sosok yang akan menggantikan Asep Sunandar sebagai dalang wayang golek. Ia berharap muncul Asep-Asep selanjutnya.
Saat ini ia menilai generasi dalang wayang golek banyak yang memiliki kemampuan bagus serta memiliki cara berpikir yang lebih tinggi.
Asep Sunandar meninggal dunia pada Senin (31/3) sekitar pukul 14.30. Ia meninggal setelah mengalami serangan jantung. Asep meninggalkan satu orang istri, Nenah Hayati, 14 anak, dan 11 cucu.
Anak kedua Asep, Dadan Sunandar Sunarya (38), mengatakan, praktisi wayang atau dalang harus bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Selain itu, para dalang harus bisa menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat agar seni pedalangan tidak musnah.
"Adanya padepokan yang dicita-citakan Abah hendaknya bisa menjadi tempat regenerasi dalang. Ke depannya bisa muncul dalang seperti Abah. Selain itu juga untuk menjaga agar wayang tetap mendunia," ujar Dadan seusai permakaman ayahnya, kemarin. (wij/san)