Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNNEWS..COM, MAGELANG - Andi Putranto, Dosen Jurusan Arkeologi FIB UGM mengatakan bahwa pihaknya kemudian menerjunkan sekitar 53 orang mahasiswa yang dibagi dalam 10 kelompok untuk melakukan eskavasi. Hingga saat ini, pihaknya telah menggali sekitar 12 kotak eskavasi.
Menurut Andi, diperkirakan struktur cagar budaya berupa batu bata yang ditemukan di kompleks candi beraliran Budha ini, juga merupakan struktur Candi Budha. Karena, letak bangunan candi dengan temuan struktur ini berdekatan.
"Untuk pembangunannya, bisa saja menjadi satu periode sekitar tahun 800an. Karakter keagamaannya juga mungkin sama," ujarnya, Senin(28/4/2014).
Batu bata yang digunakan untuk struktur bangunan itu, menurutnya juga menjadi bahan baku pada masa Candi Hindu, Budha, bahkan hingga Kerajaan Mataram Islam saat itu. Namun, dirinya tidak mengetahui secara persis jenis bangunan tersebut.
"Entah itu pagar, lantai, atau pun bentuk lain kami masih mengkaji secara step by step. Sebab, sejauh ini indikasi struktur bangunan jenis apa juga belum muncul," ujarnya.
Struktur cagar budaya berupa batu bata yang diduga peninggalan purbakala ditemukan di kompleks Candi Mendut. Hingga kini, Balai Konservasi Borobudur (BKB) bersama dengan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan arkeologi masih melakukan penggalian atau esvakasi untuk meneliti lebih jauh temuan tersebut.
Temuan struktur cagar budaya ini terbilang cukup aneh dan menarik, sebab sejauh ini, Candi Mendut yang terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang ini, hanya dikenal dengan satu struktur candi berbahan baku batu andesit. Namun, di kompleks candi ini ditemukan beberapa struktur yang terbuat dari bahan baku bata dengan ukuran besar.
"Ada pertanyaan besar bagi kami, apakah waktu dulu Candi Mendut hanya berdiri tunggal. Namun, pada kenyataannya ditemukan sisa-sisa batu yang bukan dari bagian candi ini. Batu ini berupa batu bata," ujar Kepala BKB Marsis Sutopo.
Marsis mengatakan, indikasi awal dari kotak-kotak penggalian menunjukkan adanya struktur lantai dari batu bata tersebut. Jika itu benar merupakan struktur lantai bangunan lain selain candi Mendut, ujarnya, maka bangunan tersebut dipastikan memiliki struktur batuan penyusun.
"Kami masih mencari dan meneliti struktur batuan lain yang kemungkinan merupakan penyusun bangunan lain. Maka, kami teliti lewat kotak-kotak penggalian ini untuk mengetahui bangunan lain itu apa," ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Kelompok Kerja (Pokja) Pemeliharaan BKB, Yudi Suhartono mengatakan, temuan candi batu bata itu bermula ketika petugas melakukan penataan halaman Candi Mendut. Saat melakukan penggalian di sisi selatan Candi Budha itu, petugas tiba-tiba menemukan pondasi dari batu-bata.
Para petugas, ujarnya kemudian meneruskan penggalian. Ternyata benar ada pondasi batu bata. Dari temuan awal, BKB memperkirakan, temuan pondasi batu bata itu merupakan struktur batu bata kuno. Setidaknya itu dapat dilihat dari ukuran batu -bata tersebut. Yakni dengan panjang 34 cm, tebal 13 cm, dan lebar 23 cm.
"BKB kemudian memutuskan untuk melanjutkan penggalian di sebelah pagar batas Candi Mendut itu, dengan panjang 3 meter dan lebar 2 meter, untuk kedalaman 120 sentimeter.
Ini merupakan momen yang langka dan menarik. Ada bangunàn candi Mendut yang merupakan dari batu andesit. Tapi di bawah tanah ditemukan candi batu-bata," jelasnya.
Yudi memaparkan, pembangunan Candi Mendut diperkirakan pada abad 8. Selain Candi Mendut, pada abad itu juga dibangun Candi Borobudur, dan Pawon.