TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA -- Tiga hari menjelang penutupan Dolly Surabaya pada 18 Juni mendatang, aksi intimidasi dirasakan warga sekitar area lokalisasi, khususnya yang mendukung penutupan. Mereka mengaku memilih diam untuk menghindari konflik horizontal.
Yono, Ketua RT V di RW 12 Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, mengatakan, penolak penutupan Dolly dirasa semakin frontal dengan menunjukkan berbagai tindakan yang belakangan kian meresahkan.
"Rumah saya pernah didatangi puluhan orang. Mereka menuding saya menggalang dukungan dan intens berkomunikasi dengan pemkot untuk mendukung penutupan Dolly. Padahal, saya hanya mengajukan permohonan pavingisasi kepada Pemkot Surabaya," katanya, Sabtu (14/6/2014).
Selama ini, kata Yono, warga yang pro-penutupan lebih memilih diam. Aksi itu dilakukan untuk menghindari konflik dan gesekan antar-warga.
"Tapi jika keadaan seperti ini terus terjadi, saya khawatir kesabaran masyarakat akan habis, dan akan ada gesekan," terangnya.
Yang disayangkan lagi, mereka yang menolak penutupan dan kerap melakukan intimidasi adalah warga di luar area lokalisasi Dolly.
"Kalau dirata-rata, mereka yang menolak penutupan yang asli warga Dolly hanya lima persen, sisanya orang luar lokalisasi," tambah Anton, Ketua RT III RW 12, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan.
Aktivitas lokalisasi Dolly dan Jarak di Kelurahan Putat Jaya menyebar di lima RW, yakni RW III, X, XII, VI, XI Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan. Pada 18 Juni nanti, deklarasi penutupan lokalisasi akan dipimpin langsung oleh Menteri Sosial Salim Segaf Al'jufrie. Area lokalisasi tersebut oleh Pemkot Surabaya akan disulap menjadi kawasan ekonomi dan fasilitas umum. (Achmad Faisal)
Aksi Intimidasi Jelang Penutupan Gang Dolly
Editor: Hendra Gunawan
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger