Dulu, darah yang keluar dari badan para peserta Perang Pandan digunakan sebagai pewarna kain Geringsingan yang menjadi simbol Desa Tenganan.
"Makanya kalau zaman dulu ikut Perang Pandan, harus sampai mengeluarkan darah. Soalnya darah yang keluar itu digunakan untuk pewarna kain Geringsingan,”tambah Ardana.
“Jadi tradisi Mekare-karean ini betul-betul kita persembahkan kepada Dewa Indra serta kepada para leluhur kita yang telah memberikan segalanya kepada kampung ini,” imbuh Ardana, yang menggunakan pakaian adat Bali.
Ardana coba menjelaskan makna tradisi Perang Pandan di era ini. Darah yang keluar dari badan peserta tidak lagi dipakai membuat kain Geringsingan, karena sudah ada pewarna.
”Jadi darah yang keluar dari badan peserta Perang Pandan saat ini ditujukan kepada para Dewa, serta leluhur kita. Karenanya dalam Perang Pandan ini tetap dianjurkan menggeret lawan dengan duri Pandan hingga mengeluarkan darah,” kata Ardana.(saiful rohim)