News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Awas Krisis Daging

Rumah Potong Hewan Dibanjiri Sapi Betina

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pedagang tengah memotong daging sapi di Pasar Agus Salim, Pekanbaru, Riau, Selasa (10/6/2014). Mendekati Bulan Ramadhan ini, harga daging sapi di Kota Pekanbaru masih stabil dikisaran Rp 95 ribu. Para pedagang masih enggan menaikkan harga karena daya beli masyarakat yang menurun. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Sapi jantan menghilang. Jadilah, kini rumah potong hewan (RPH) dibanjiri sapi betina.

Daging sapi inilah kemudian mendominasi pasar di Jatim.

Tim Surya (Tribunnews.com Network) menelusuri asal muasal membanjirnya sapi pedaging betina, mulai dari pasar hewan hingga RPH atau tempat pemotongan.

Surya melihat RPH Pegirian, yang merupakan rumah jagal terbesar di Surabaya. Sehari bisa seratus ekor sapi dikuliti di sini.

Nah, sekitar 60-90 persen diantaranya adalah sapi betina produktif. Minggu (6/7/2014) misalnya, tercatat ada 103 ekor sapi yang dipotong. Rinciannya, jantan 44 ekor dan betina 59 ekor.

Di hari Minggu dan Sabtu, jumlah sapi betina yang dipotong biasanya memang menurun.

“Kalau di hari-hari kerja,  jumlah sapi betina yang masuk (dipotong) bisa sampai  90 persen,” kata Apriyadi, jagal sapi asal Wonokromo.

Praktik jagal sapi betina di RPH Pegirian berlangsung sejak akhir 2011. Sebelumnya, sapi-sapi jantan yang mendominasi RPH Pegirian.

Seingat Apriyadi, di akhir 2011, sapi jantan perlahan menghilang. Kondisi itu terjadi tidak lama setelah munculnya Surat Edaran (SE) Gubernur Jatim No 524/2010 tentang Pelarangan Pemasukan Peredaran Sapi, Daging, dan Jeroan Impor.  

“Sebelum ada aturan itu, pejagal di RPH Pegirian memotong sapi impor dan pejantan,” jelasnya.

Menurut Apriyadi, setelah ada aturan itu, pejagal kemudian menggantungkan pasokan sapi jantan dari pasar hewan di Jatim. Tapi, pelan-pelan, sapi jantan di pasar juga menghilang.  

“Kalaupun ada, harganya sudah tidak masuk akal bagi jagal.,” terang  Apriyadi.

Jagal lain di RPH Pegirian, H Sawar menambahkan, puncak paceklik sapi jantan terjadi pada 2012 sampai 2013.

“Ada jantan tetapi harganya mahal. Terus mau dijual berapi dagingnya,” ujar H Sawar.

Pepatah bilang tidak ada rotan akar pun jadi. Tak ada sapi jantan, sapi betina pun jadi.

Walhasil, hingga kini, RPH dipenuhi sapi potong betina. Padahal, untuk memotong sapi betina, berlaku ketentuan dalam UU 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Di antara ketentuannya adalah melarang menyembelih sapi atau kerbau betina yang masih produktif.

Hanya sapi betina tua atau majir (tidak bisa beranak) yang boleh dipotong.  Tapi, aturan itu ditabrak.

“Kami serba sulit. Keadaan memaksa kami begini (memotong sapi betina produktif),” tegas H Sawar. (ben/idl)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini