TRIBUNNEWS.COM.CIAMIS- Sudah empat bulan ini harga karet di tingkat petani di Ciamis terus turun. Kini harga itu di titik nadir, yaitu hanya Rp 15.000 per kg untuk karet lembaran setengah olahan (sheet) dan Rp 4.000 per kg untuk karet gumpalan segar hasil sadapan dicampur cuka (leum).
"Entah kapan naiknya," keluh Ketua Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) Cabang Ciamis, Kusnandang kepada Tribun, Kamis (14/8/2014).
Empat bulan lalu, kata Kusnandang, harga karet jenis sheet cukup bagus yakni Rp 22.000 per kg, kemudian dua bulan lalu turun jadi Rp 18.000 per kg. "Tapi sekarang hanya Rp 15.000 sekilo. Turun terus entah kapan naiknya. Demikian pula karet leum turun dari Rp 9.000 jadi Rp 5.000 sekilo, kini hanya Rp 4.000 per kilonya," jelasnya.
Meski harga terus anjlok, petani karet di Ciamis tidak memilih untuk menimbun karet hasil sadapan mereka. "Tetapi tetap dijual, meski harga nya murah. Petani terdesak kebutuhan harian. Tidak hanya kebutuhan dapur, juga kebutuhan anak-anak sekolah. Harga karet terus turun sementara harga kebutuhan pokok semakin mahal, apalagi harga daging" ujar Kusnandang.
Di Ciamis beberapa tahun terakhir, areal kebun karet rakyat terus berkembang. Saat iniluas areal kebun rakyat mencapai 110 hektare yang melibatkan 215 petani yang menyebar di Tambaksari, Rancah, Sukadana, Cisaga, dan Baregbeg.
Karet mentah hasil kebun karet rakyat ini ditampung oleh penampung lokal yang kemudian menjual ke bandar di Bandung dan Bogor untuk dipasok ke pabrik ban Goodyear, Intirub, dan pabrik ban di Tenggerang.
Meski harga karet lagi anjlok namun tak menyurutkan petani untuk membudidayakan tanaman karet dengan membuka kebun baru. Seperti dilakukan Aris Firdaus dari Cisepet Baregbeg. Ia bekerja sama dengan Karang Taruna Desa Sukamaju Baregbeg menanam sekitar 700 bibit karet di lahan pangangonan desa di Blok Dusun Desa, Desa Sukamaju.
Demikian juga di Dusun Desa di Desa Utama Cijeungjing seluas 5 hektare lahan milik warga.
Dalam waktu lima tahun, tanaman karet tersebut sudah bisa disadap. "Panen dilakukan setiap hari. Jadi petani bisa mendapatkan uang setiap hari. Beda dengan kayu keras, setelah di tanam, baru bisa dipanen setelah berusia 5 atau 10 tahun bahkan puluhan tahun," kata Aris.
Selain menguntungkan secara ekonomi, tanaman karet juga menguntungkan secara lingkungan untuk menyelamatkan lahan kritis. Lahan yang potensi untuk ditanami karet tentunya lahan kosong. (sta)