Awalnya, ayah satu anak ini lebih dulu melihat tetangga yang sudah bergabung.
Dengan deposit Rp 3.000.000, tetangga itu mendapatkan uang Rp 300.000 per bulan.
Namun, keuntungan itu tidak diwujudkan berupa uang cash. Penyelenggara arisan membelikan sepeda motor dengan cara kredit.
Keuntungan setiap bulan itu yang digunakan untuk membayar cicilan.”Tahunya dia bayar Rp 3.000.000. Bulan berikutnya sudah dapat motor, terus cicilannya setiap bulan dibayar oleh arisan,” ungkapnya.
Pujianto menambahkan, penyelenggara arisan ini sepasang suami istri di desanya.
Mereka hanya mengatakan, MMM bisa memberikan keuntungan 30 persen dari uang yang disetor.
Pujianto sendiri masih menunggu hasil. Berdasarkan tenggat satu bulan setelah mendaftar, keuntungan baru akan dirasakannya bulan September mendatang.
Jika janji terpenuhi, Pujianto akan menerima dua sepeda motor sekaligus.
Satu untuk dirinya dan satu untuk istrinya. Pujianto memang menyetorkan Rp 5.000.000 atas namanya dan Rp 5.000.000 atas nama istri.
Meski belum mendapatkan motor yang dijanjikan, Pujianto percaya gilirannya akan tiba.
“Beberapa tetangga yang ikut lebih dulu sudah dapat (motor),” tuturnya.
Praktik serupa terjadi di Lamongan. Modelnya pun sama, keuntungan yang diterimanya diberikan dalam bentuk sepeda motor Honda Vario.
Sistem borek juga banyak ditemukan di Pacitan, Malang, bahkan Surabaya. Di Surabaya, para borek menggalang tetangga dan teman-teman untuk titip.
Ada dua pola. Borek atau manajer bersama kelompok membuat akun sendiri-sendiri tapi rekening bank bersama. Ada juga yang menggunakan account dan rekening bank bersama.
Pada pola kedua ini, murni hanya borek yang bisa mengoperasikan.
Mengirim uang sekaligus melihat kiriman di rekening. Ia pula yang kemudian mengatur pembagian pada pesertanya. (day/idl/ben)