News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perupa Aceh Minta Pemerintah Pusat Membangun Galeri Seni

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengamati video mapping wayang kulit Pandawa Melawan Kurawa pada Pembukaan Galeri Indonesia Kaya di West Mall Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (10/10/2013). Galeri Indonesia Kaya yang dipersembahkan Djarum Apresiasi Budaya tersebut merupakan ruang publik pertama dan satu-satunya di Indonesia yang menyediakan galeri seni budaya Indonesia dengan konsep digital multimedia, permainan tradisional, dan auditorium pertunjukan yang didedikasikan bagi masyarakat, terbuka untuk umum dan tanpa dipungut biaya. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Perupa Aceh meminta pemerintah pusat membangun galeri di Aceh sebagai tempat mengembangkan kreativitas seniman. Sehingga masyarakat luas bisa mengetahui karya senima sekaligus memajukan seni rupa di Aceh.

"Mengapa pemerintah tidak mendirikan galeri daerah. Mau dikemanakan karya perupa dari daerah," kata Rem Asmara, salah seorang  peserta  kegiatan Sosialisasi Galeri Nasional Indonesia yang bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh, di Museum Aceh, Kamis (28/8/2014).

Seminar setengah hari bertema "Eksistensi dan Fenomena Seni Rupa Nusantara," diisi pembicara antara lain Kepala Galeri Nasional  Indonesia (GNI) Tubagus Andre Sukmana, pelukis nasional asal Aceh Mahdi Abdullah, dan kurator Galeri Nasional  Indonesia Asikin Hasan.

Beberapa seniman Aceh lainnya berharap pemerintah pusat, khususnya GNI, memberikan perhatian untuk Aceh. Diharapkan karya-karya seniman Aceh dapat dipamerkan secara berkala. "Kami pesimis dengan seni rupa Aceh tanpa perhatian pemerintah," kata Said Rabadian,  seorang peserta lainnya yang juga pelukis kaligrafi Aceh.

Kepala GNI Tubagus mengaku dirinya hanya bisa menyarankan agar  seniman di Aceh lebih aktif mencari peluang. GNI, kata dia, juga siap  menampung perupa Aceh untuk magang di sana. "Kami berharap tahun 2016 juga bisa pameran di Aceh. Perupa Aceh bisa bergabung dengan para maestro nasional," kata dia.

Dia juga menyarankan agar seniman di Aceh memberdayakan Taman Budaya  Aceh.  Solo, Yogyakarta, dan Padang adalah daerah yang sudah memberdayakan Taman Budaya secara maksimal.  "Di sana, ada ruang pertunjukan, ada juga galeri," imbuhnya.

Sedangkan Mahdi Abdullah dalam paparannya menjelaskan,  tonggak seni rupa Aceh sudah dimulai sejak tahun 1907, ketika karya-karya Tgk Teungoh menembus museum Belanda. Dikatakan Mahdi, beberapa karya Tgk Teungoh dibeli dan dibawa oleh Van Heutsz ke Eropa.

"Karyanya saat ini dapat dilihat di museum Volkenkunde, Leiden," kata mantan redaktur artistik Harian Serambi Indonesia ini. Mahdi sendiri merngaku berbagai prestasi yang diraihnya di bidang seni rupa karena sikapnya yang selalu proaktif mencari peluang ke mancanegara. (Sak)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini