TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Peluang berkembangnya layanan badal haji ini juga diakui pihak penyelenggara haji dan umrah, Cakra Tours.
Namun demikian, hingga kemarin, perusahaan ini tetap tidak berani menerima pendaftaran secara masal. Sulit mendapatkan petugas, lagi-lagi menjadi alasan.
“Kami harus berhati-hati. Salah memilih orang, bisa-bisa badal hajinya bisa tidak dilaksanakan. Di sana ada saja yang menawarkan haji badal, tapi jumlahnya tidak banyak,” ujar Abdul Aziz, penanggungjawab haji dan umrah Cakra Tours.
Selain para pembadal haji yang terorganisir melalui KBIH, di Tanah Suci ada juga yang menawarkan jasa secara perorangan.
Hal ini menjadi rawan dimanfaatkan sebagai modus kejahatan. Uang diterima tapi badal haji tidak dilakukan.
“Tapi, hal itu sangat sulit dibuktikan. Pasalnya, dilakukan atau tidak, hanya pembadal haji yang tahu,” tutur Aziz.
Hal senada diungkapkan Direktur KBIH Menara Suci, Maimunah.
Menurutnya, meskipun tiap tahun mendapatkan permintaan badal sangat banyak, dia mau menerima badal antara 10 - 15 saja.
Jumlah itu disesuaikan dengan petugas haji yang ditunjuk perusahaan.
“Kalau kami pakai 10 petugas dan pendamping haji, badalnya ya sesuai jumlah itu. Kalau kami ada 15 orang, maka badalnya ya 15. Jadi, tergantung kemampuan. Kami tidak berani kalau sampai menyerahkan badal haji ke mukimin yang ada di sana,” kata Maimunah.
Sebenarnya, bisa saja Maimunah menerima semua permintaan haji badal itu. Caranya sederhana.
Misalnya dengan menggunakan jasa para mukimin. Setiap musim haji, Maimunah mengaku sering mendapatkan tawaran jasa para mukimin yang siap melakukan haji badal.
Namun, dia memilih menolak tawaran itu. Menurutnya, sulit sekali menenilai keamanahan seseorang bila tidak dia kenal betul track record-nya.
”Haji badal itu amanah. Kalau tidak menjaga amanah itu, dosanya besar,” katanya.