Karena itu, ia meminta agar Disnakertrans bisa mengadakan juga dengan berkoordinasi dengan Bentoel supaya bisa berlatih.
"Supaya tidak terlalu kaget menghadapi masalah ini," tutur buruh perempuan itu.
Menurutnya, Disnaker bisa menyiapkan pelatihan-pelatihan misalkan dengan memakai BLK (Balai Latihan Kerja) yang ada atau tempat lainnya agar para buruh rokok yang akan pensiun dini bisa berkarya di rumah.
Ribawati, Pimpinan Cabang Federasi Serikat Pekerja RTMM (Rokok Tembakau Makanan Minuman) Kabupaten Malang menyatakan kondisi industri rokok memang berat.
Ini dicontohkan pada sebuah perusahaan rokok di kawasan Pakisaji, Kabupaten Malang.
"Kalau sebelumnya pekerjaan yang dilakukan teman-teman sehari bisa membuat 2.650 batang per hari mulai jam 07.00-15.00 WIB, sekarang berkurang banyak," katanya.
Kini sehari hanya 1000 batang. Hal ini karena pasar produk rokok itu sulit.
"Kendala pemasaran," katanya.
Sehingga rokok sigaret tangan tidak dibuat banyak. Dampaknya pada penurunan produksi dan pendapatan buruh. Jika pendapatan kurang apalagi ongkos transportasi cukup besar, membuat buruh juga dilema.
"Akhirnya berangkat juga males," katanya.
Dengan kondisi ini, ada perusahaan yang mau memproses jika ada yang ingin pensiun dini. Tapi ada juga yang pasrah.
" Ada perusahaan rokok lain sudah ada pasrah. Mau ngasih sangu gak bisa," tuturnya.
Perusahaan-perusahaan rokok tanpa serikat pekerja, lanjutnya sulit terpantau keberadaannya.