Laporan Wartawan Tribun Manado Herviansyah
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Sulawesi Utara (Sulut) pada bulan September diprediksi akan mengalami deflasi sebesar 0,19 persen. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang memengaruhinya.
"Untuk September diperkirakan Sulut akan mengalami deflasi 0,19 persen," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut Luctor Tapiheru, Selasa (23/9/2014).
Tapiheru menambahkan hal ini terjadi karena ada kecenderungan masih akan turunnya harga-harga pasca perayaan hari besa keagamaan.
Sehingga bahan pokok harganya sudah mulai normal kembali. "Termasuk cabai rawit yang harganya cukup murah," tuturnya.
Sedangkan Asisten Direktur Eko Siswantoro mengungkapkan meskipun tomat dan ikan akan naik harganya namun hal tersebut pengaruhnya tidak begitu besar. Termasuk rencana kenaikan BBM juga tidak terlalu besar pengaruhnya.
Jika terjadi gejolak harga Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan berupaya mengatasinya dengan melakukan koordinasi antar instansi terkait. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi keresahan di masyarakat tidak terjadi.
Di Sulut faktor Inflasi pengaruh terbesarnya adalah harga cabai rawit, tomat dan bawang. Hal ini terjadi, karena konsumsi cabai rawit yang cukup tinggi oleh masyarakat. Untuk itu pasokan di pasar harus dijaga dengan baik, harga bisa dikendalikan.
Selain itu, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan untuk menanam cabai rawit, sehingga tidak tergantung dengan pasokan dari luar.
Selain itu, saat ini Minahasa telah ditetapkan sebagai kabupaten cabai, diharapkan mampu menjaga kestabilan harga bahan pokok tersebut.