TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Ada beragam cerita mengenai penularan HIV/AIDS dan konsekuensi yang dialami oleh sejumlah penderita atau keluarganya di Bali.
Ada anak TK yang bahkan harus dikeluarkan dari sekolahnya gara-gara orangtuanya mengidap HIV.
Ada juga satu keluarga yang meninggal karena HIV. Yang terbaru adalah kasus email yang berisi pesan penulararan HIV.
Kasus yang memprihatinkan dialami oleh seorang anak sekolah TK di sebuah yayasan di wilayah Denpasar Barat.
Mendadak pihak sekolah mengeluarkan surat pemecatan terhadap murid itu gara-gara orangtuanya meninggal akibat HIV/AIDS. Kasus ini terjadi pada awal tahun 2014.
“Awalnya ibunya meninggal karena HIV. Tidak lama kemudian, bapaknya juga meninggal,” kata seorang aktifis di KPA Bali yang enggan diungkap namanya.
Beberapa hari kemudian, pihak sekolah mendengar kabar tentang penyebab kematian kedua orangtua siswa TK tersebut, dan lantas tiba-tiba mengambil kebijakan mengeluarkan si siswa dari sekolah.
“Akhirnya sekarang anak ini kami pindah sekolah di wilayah Badung. Di sana, sehari-hari ia dirawat oleh kakeknya,” jelasnya.
Pihak KPA Badung membenarkan adanya kasus tersebut, dan saat ini si anak sudah bersekolah dengan biasa. “Sekarang dia baik-baik saja,” kata Ayu Cempaka dari KPA Badung.
Cerita lain yang cukup membuat tercengang adalah kasus penderita HIV/AIDS yang sebelumnya bekerja di kapal pesiar.
Suatu ketika, pria Bali yang bekerja di kapal pesiar itu bertemu dengan wanita asal Amerika Serikat (AS). Keduanya kemudian menjalin asmara, dan berlanjut ke hubungan seks.
Singkat cerita, si pria kemudian kembali ke Bali dan tak lagi bekerja di kapal pesiar. Namun, ia masih aktif menjalin komunikasi dengan teman wanitanya yang asal AS itu.
Suatu hari, pria asal Bali tersebut menerima pesan via email dari teman wanitanya tersebut.
Ia shock bukan kepalang tatkala membaca isi email yang menyatakan bahwa dirinya tertular HIV.
"Selamat, anda bergabung bersama kami sebagai korban HIV/AIDS", begitu isi email dari perempuan Amerika itu.
“Dia sampai shock berat setelah membaca email itu,” tutur Ayu Cempaka.