TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Kasus HIV/AIDS di Bali ibarat fenomena gunung es. Jumlah penderitanya yang hanya 9908 orang hanyalah angka yang terdeteksi.
Jumlah penderita yang belum atau tidak terdeteksi diperkirakan jauh lebih besar.
Yang agak menggembirakan, kendati perkiraan jumlah penderita HIV/AIDS di Bali cukup tinggi, namun yang meninggal dunia karena HIV/AIDS secara umum berkurang sejak 3 tahun terakhir.
Sejak 2012 hingga 31 Agustus 2014, jumlah penderita HIV/AIDS di Bali yang meninggal dunia rata-rata 27 orang. Pada 2009 hingga 2011, jumlah penderita yang meninggal rata-rata 72 oorang.
“Ini menunjukkan bahwa upaya penanggulangan, khususnya kampanye minum obat anti retroviral bagi penderita HIV/AIDS, mulai menunjukkan hasil,” kata Yuni Ambara dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali, Senin (29/9).
Berdasarkan data dari KPA Bali, jumlah penderita terbanyak HIV/AIDS berada di wilayah Kota Denpasar.
Di ibukota Provinsi Bali ini, jumlah penderita secara kumulatif dari tahun 1987 hingga 2014 sebanyak 3919 kasus.
Upaya yang dilakukan oleh Pemkot Denpasar dalam meminimalisasi penyebaran HIV, antara lain adalah dengan layanan Voluntary Counseling Test (VCT).
“Sebagian besar Puskesmas di Denpasar sudah menyediakan layanan VCT. Di tempat ini bisa dilakukan tes dan pemeriksaan HIV,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Denpasar, Luh Putu Sri Armini, kepada Tribun Bali, Senin (29/9).
Selain puskesmas, rumah sakit daerah yakni RSUD Wangaya Denpasar juga menyediakan layanan yang sama.
Jumlah kunjungan orang yang melakukan VCT, jelas Sri Armini, menunjukkan peningkatan. Namun dia belum bisa memberikan data angka peningkatan kunjungan tersebut. “Jumlahnya banyak dan terus meningkat,” terangnya.
Menurut Sri Armini, sejumlah puskesmas seperti Puskesmas II Denpasar Selatan dianggap sebagai ikon pertama terdapatnya layanan VCT.
“Intinya di tempat ini bisa dilakukan pemeriksaan. Semakin cepat didiagnosa, akan semakin baik. Kesempatan untuk tetap bertahan hidup juga semakin lama,” terangnya.
Peningkatan kunjungan di tempat yang menyediakan VCT ini terjadi dalam tiga tahun terakhir ini.
Di tempat terpisah, Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan dr Candrawati, mengatakan, VCT di tempatnya memang selalu dikunjungi masyarakat. “Kunjungan selalu ada, setidaknya untuk konsultasi misalnya,” katanya singkat.
Area layanan Puskesmas II Denpasar Selatan mencakup kawasan lokalisasi seperti di sepanjang Jalan Danau Tempe.
Koordinator Pokja Informasi dan Pencegahan KPA Bali, Prof Dr Mangku Karmaya, mengatakan fenomena HIV/AIDS di Bali ibarat gunung es.
Untuk membongkarnya perlu adanya kesadaran diri dari masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin.
“Kita, saya dan anda dan siapapun harus melakukan pemeriksaan sedini mungkin. Kalau ini dilakukan bisa membongkar fenomena gunung es itu,” terangnya.
Namun demikian pada perkembangannya meskipun kasusnya meningkat, angka kematian disebut menurun.
“Memang kasusnya meningkat tapi jumlah korban meninggal dunia menurun. Ini semua karena kesadaran memeriksakan diri mulai ada dan kemudian minum obat ARV,” jelasnya.
Kampanye seperti menghindari perilaku seks menyimpang dan gonta ganti pasangan juga terus dilakukan selain sosialisasi pemakaian kondom untuk mereka yang berpotensi terjangkit virus ini.