TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim segera melakukan sertifikasi keahlian dan kompetensi kepada sekitar 1.000 karyawan hotel di bawah PHRI Jatim.
Hal itu dilakukan untuk modal dalam menghadapi perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
"Sertifikasi ini merupakan program PHRI secara nasional. Untuk Jatim, kami siapkan 1.000 karyawan hotel untuk sertifikasi, 10 usaha perhotelan, dan 100 usaha restauran," kata M Soleh, Ketua PHRI Jatim, setelah dikukuhkan dalam Musda PHRI Jatim, Jumat (10/10) malam di Hotel Sahid.
Dalam kegiatan itu, hadir Chairman PHRI pusat SB Wiryanti Sukamdani CHA, yang menyatakan bila saat ini, ada sekitar 200.000 karyawan perhotelan.
"Sementara yang sudah bersertifikat baru sekitar 50.000. Akhir tahun target kami bisa mencapai 75.000," kata Wiryanti.
Sertifikasi karyawan hotel ini sangat diperlukan, mengingat pelaksanaan MEA 2015 dinilai cukup mengancam tenaga kerja dalam negeri.
Karena itu, setiap hotel minimal harus memiliki karyawan yang dibekali sertifikasi kompetensi sesuai keahliannya agar mampu bertahan ketika negara-negara asing itu masuk untuk bekerja dan berinvestasi di Indonesia.
"Yang saya khawatirkan adalah manajerial level atau departemen head yang akan diambil orang asing, karena mungkin mereka merasa ke sini bawa investasi dan mereka ingin posisi tersebut menjadi kunci dalam menjaga investasinya," lanjutnya.
PHRI mencatat, saat ini ada sekitar 160.000 kamar hotel di seluruh Indonesia.
Idealnya, setiap satu kamar membutuhkan satu karyawan, bahkan lebih untuk hotel kelas berbintang.
Soleh sendiri, yang baru dikukuhkan sebagai Ketua PHRI Jatim untuk masa bakti 2014 hingga 2019 ini, mengatakan ke depan usaha perhotelan harus sudah berstandar internasional agar tetap bisa bersaing dengan produk jasa dari luar negeri.
Dalam program kerjanya, pria yang sehari-hari bertugas sebagai General Manager (GM) Hotel Bisanta Bidakara ini menambahkan, bila total tenaga kerja pariwisata baik sektor hotel maupun tempat wisata di Jatim tercatat sekitar 200.000.
Sedangkan usaha restoran di hotel berbintang ada 150 usaha dengan 500 karyawan.
Dengan tingkat pertumbuhan hotel baru yang mencapai 40% untuk wilayah Jatim, terlihat mulai tidak seimbang dengan pertumbuhan wisatawan yang rata-raya hanya 8%-10%.
"Ke depan, PHRI ingin menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah agar melakukan berbagai promosi kunjungan wisata. Itu yang bisa kami lakukan untuk meningkatkan okupansi hotel dengan banyaknya hotel baru yang bermunculan," jelas Soleh.
Saat ini tingkat okupansi hotel di Jatim saat ini masih 50 persen. Bahkan sampai akhir tahun diperkirakan tidak bergerak meski ada momen libur Natal dan Tahun Baru.