- Kelangkaan Solar Bersubsidi Terjadi di Selatan Sulses
TRIBUNNEWS.COM.MAKASSAR - PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VII Sulawesi menyebut kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) utamanya jenis Solar di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan (Sulsel) karena kendala teknis.
Sebelumnya, warga Sinjai maupun Takalar mengeluhkan langkanya Solar. Sejumlah stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) di daerah tersebut tidak menjual solar karena habis.
Junior Officer PT Pertamina MOR VII Sulawesi, Ibnu Adiwena, kepada Tribun, Senin (12/10/2014), mengatakan, hanya terjadi keterlambatan distribusi ke daerah tersebut. Bukan karena pengurangan jatah ke SPBU. Keterlambatan karena gangguan distribusi pengangkutan dari Makassar ke sejumlah daerah khususnya selatan Sulsel karena perbaikan jalan.
“Untuk keterlambatan masuknya solar karena ada perbaikan jalan di jalur Takalar. Kami kan harus mengutamakan keselamatan awak dan bahan bakar minyak sampai ke tujuan,” katanya.
Menurutnya, kabar kelangkaan seharusnya tidak terjadi lagi di seluruh daerah karena Pertamina sudah melakukan normalisasi pasokan bahan bakar sesuai instruksi.
“Sebelumnya kan ada pengurangan penyaluran. Tapi kami sudah terima instruksi lagi untuk menambah dan menormalkan pasokan dan itu sudah berjalan beberapa waktu yang lalu,” ujarnya.
Bahkan, Pertamina MOR VII telah menambah pasokan bahan bakar dua kali lipat dari penyaluran normal. Penambahan dilakukan sejak dua pekan lalu sesuai instruksi pimpinan perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) tersebut.
Berdasarkan data, konsumsi BBM bersubsidi jenis Premium di Sulawesi mencapai 508.850 KL dan solar 207.837 KL. Dari realisasi tersebut, konsumsi BBM bersubsidi terbesar di Sulawesi Selatan. Premium dengan persentase 46,7 persen dan Solar berkisar 48,7 persen.
Sedangkan, penyaluran BBM bersubsidi pada kuartal pertama tahun 2014 lalu mencapai 237.847 KL untuk Premium dan Solar sebanyak 101.116 KL.
Kenaikan Harga
Kabar kelangkaan solar bersubsidi di sejumlah daerah terjadi seiring kabar rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Sebelumnya, Penasihat Senior Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla berencana menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter pada November 2014.
Namun, Joko Widodo membantah harga dipastikan naik per November 2014 sebesar Rp 3.000 per liternya. Menurutnya, pihaknya masih mengkalkulasi kenaikan sesuai opsi yang dipaparkan.
“Ini masih opsi-opsi, ada 500, 1.000, 1.500, 2.000, 2.500, 3.000. Itu opsi-opsi. Baru dalam proses hitung-hitungan. Berapa kenaikan belum, kapannya juga belum,” ujarnya, belum lama ini.(nie)