Tantangan terberat justru soal jam istirahat yang terus berkurang. Bukan perusahaan yang menguranginya, melainkan lama waktu di perjalanan.
"Dulu, Surabaya-Yogyakarta hanya 8 - 9 jam. Sekarang 10 jam, bahkan saya pernah sampai 12 jam ,” ujarnya.
Kemacetan dan kondisi jalan rusak menjadi salah satu penyebab lama waktu tempuh.
“Seperti sekarang ini, (Jembatan) Comal ada perbaikan. Lalu lintas dialihkan lebih jauh. Belum lagi macetnya. Kasihan penumpang juga kan terlalu lama di jalan,” ujarnya kesal.
Dalam kondisi normal dulu, ia dan para sopir, umumnya bisa istirahat 7 - 8 jam sebelum membawa balik kendaraan besarnya itu.
Perhitungannya, total waktu untuk satu perjalanan pergi-pulang (PP) Surabaya-Yogyakarta, sesuai jadwal adalah sehari semalam atau 24 jam.
Satu perjalanan normal memakan waktu sekitar delapan jam. Pulang pergi berarti 16 jam. Jadi masih ada sisa waktu delapan jam untuk istirahat.
Kini dalam kondisi sering terjebak macet dan jalan rusak, satu perjalanan rata-rata sampai 10 jam. Berarti pergi-pulang butuh sekitar 20 jam. Praktis hanya ada waktu sekitar empat yang tersisa untuk istirahat.
Memang ada waktu istirahat panjang. Ia mendapat hak libur tiga hari. Tapi, itu baru bisa dilakukan setelah ia menyelesaikan tugas hingga enam kali perjalanan PP atau sama dengan enam hari kerja. (idl)