TRIBUNNEWS.COM,MANGUPURA - Keberlangsungan pertanian di Bali khususnya diwilayah Badung sudah sangat memprihatinkan.
Kini, para petani yang biasanya menggarap lahan pertanian yang merupakan asli masyarakat Bali, terutama generasi muda kini hanya bisa dihitung dengan jari.
"Untuk panen saja, kami sangat bergantung dengan buruh yang datang dari luar Bali. Seperti dari Jawa Timur dan lainnya. Jujur saja, jika tidak ada mereka, maka panen terhambat dan petani pasti merugi," ujar petani asal Banjar Uma Gunung, Desa Sempidi, Mengwi, Badung, Bali ini kepada Tribun Bali(Tribunnews.com Network), Minggu (2/11/2014).
Pria berambut panjang ini juga menuturkan, hal tersebut pernah dialaminya pada musim panen enam bulan lalu.
Yakni saat itu buruh tani dari Jawa sulit dicari, sementara padi di sawah sudah masuk musim panen, karena terlambat panen akhirnya dirinya mengaku merugi.
"Buruh tani asal Jawa di bawa oleh saudagar yang sebelumnya telah membeli padi petani," terangnya lagi.
Dia menambahkan jika beberapa tahun yang lalu ada Sekaa atau kelompok yang khusus memanen padi dari Banjar Kangin, Sempidi.
"Namun belakangan Sekaa tersebut saya tidak jumpai lagi," paparnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh petani di Subak Ayung, Desa Buduk, Mengwi, Made Sima.
Pria 74 tahun ini mengatakan jika sebagian besar panen di Subak Ayung dilakukan oleh buruh dari luar Bali.
"Bukan hanya sekarang, seingat saya sejak tahun 70' an panen di sini sudah menggunakan buruh tani dari luar Bali," ujarnya.
Made Sima menerangkan, meskipun sekarang semakin sulit mencari buruh tani untuk memanen, tapi untuk buruh tanam masih bisa dicari, buruh tanam datang dari daerah Marga, Tabanan.
"Mereka biasanya minta dijemput, dan jika tidak dapat pemilik sawah biasanya yang menanam," paparnya.
Sementara itu, Seorang Petani asal Jember, Pak Toh yang ditemui Tribun Bali di gubuk sementaranya di Subak Sempidi mengatakan, dirinya baru tiba di Bali dan sedang memanen padi di daerah Sading, Badung.
"Saya baru dua hari mas, sekarang sedang panen padi di Sading," ungkapnya.
Pria yang telah puluhan tahun menjadi buruh tani ini, mengaku dirinya telah bekerja di berbagai tempat di Bali.
"Kemarin saya ke sini, ada 9 orang dan semuanya kerja di sawah," paparnya.