TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Anak-anak muda penggemar wisata sejarah dan kongkow di museum terus saja bermunculan.
Di Jakarta, komunitas Sahabat Museum (Batmus) menjadi penyebar virus tren wisata intelektual di kalangan anak muda.(Baca: Lagi, Anak Muda Gandrungi Museum)
Sedangkan di Surabaya, komunitas Roodebrug menjadi penggerak tren wisata petualangan sejarah.
Ade Purnama alias Adep, pendiri sekaligus ketua Komunitas Batmus, mengungkapkan dalam empat tahun terakhir, tren anak muda penyuka wisata sejarah ini meningkat tajam. Even-even yang digelar Sahabat Museum menjadi indikator.
“Kalau kunjungan-kunjungan lokasi sejarah dalam kota (Jakarta), pesertanya bisa ratusan. Malah pernah seribu lebih. Tapi, kalau keluar kota, kami batasi jumlahnya,” tutur Ade Purnama kepada Surya(Tribunnews.com Network) , Selasa (4/11/2014).
Menurut Ade Purnama, tren wisata anak muda itu juga banyak ia temui di sejumlah kota.
Mereka ini umumnya merasa rindu untuk mengetahui masa lalu. Masa yang tidak pernah mereka rasakan dalam kehidupan modern sekarang ini. Juga tidak mereka temukan di lokasi-lokasi wisata umum.
Cuma, komunitas-komunitas anak muda di daerah itu belum bisa setenar Batmus di Jakarta atau Roodebrug di Surabaya.
Ade menyebut, kaum muda di komunitasnya ini memang lebih gila dibanding komunitas di kota lain.
Mereka tak hanya mengunjungi dan belajar di museum-museum di Jakarta. Mereka juga senang berpetualang, wisata tempat sejarah keliling Nusantara.
“Bulan ini, misalnya, kami bikin rencana wisata peninggalan VOC Belanda di Maluku. Baru beberapa hari dibuka pendaftarnya sudah 40 orang dan langsung kami tutup,” urai Adep, Selasa (14/11/2014).
Untuk kota-kota yang jauh dari Jakarta, Ade tidak berada berangkat dengan rombongan yang terlalu besar. Risiko di perjalanan menjadi pertimbangan.
”Kalau kotanya, dekat-dekat Jakarta sih, bisa sampai ratusan,” tegasnya.
Untuk melihat tren itu, Ade pernah iseng membuat even wisata sejarah Indonesia hingga keluar negeri.
Belanda dipilih sebagai destinasi lantaran di negara ini ada banyak museum dan perpustakaan yang menyimpan koleksi sejarah Indonesia.
“Ternyata animonya luar biasa. Ada puluhan peserta yang ikut,” kata Ade menceritakan agenda yang dijalaninya Mei tahun lalu. (day/ben/idl/dim)