News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

WNI Tewas Dibunuh di Hongkong

Ibunda Seneng Lihat Burung Gagak

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juminem (55) berteriak histeris sesaat melihat jenazah putrinya, Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena Ruri yang jadi korban pembunuhan di Hong Kong, tiba di rumah duka, Desa Sidomakmur, Tiworo Kepulauan, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, Rabu (12/11/2014)

TRIBUNNEWS.COM, MUNA - Di pengujung bulan Oktober lalu, Jumineng (55) terkejut melihat seekor burung gagak hitam terbang rendah dan berputar-putar di atas rumah. Mujineng yang lahir dan besar di Sleman, DI Yogyakarta, menganggap kehadiran burung gagak berarti bakal ada berita duka.

"Aku bilang ke mantuku, kok burung gagak itu muter-muternya lama," kata Jumineng saat ditemui baru-baru ini. Namun, sang menantu, tak menanggapinya secara serius.

Jumineng kemudian berharap, semoga keluarganya dijauhkan dari kabar duka. "Tapi, tahu-tahu begini," ujarnya.

Kehadiran burung gagak hitam di atas rumah orangtua Seneng diketahui tetangganya.

"Aku nggak ada firasat atau mimpi aneh. Cuma beberapa hari sebelum kejadian, saya dan tetangga lihat burung gagak hitam muter-muter di atas rumah Seneng. Burung itu juga sempat muter-muter di atas rumah saya, tapi langsung diusir sama bapak saya," kata Marini, tetangga korban.

"Kalau orang Jawa, burung gagak itu pertanda kematian," imbuh perempuan yang juga berasal dari Sleman itu.

Kabar duka itu diterima Jumineng dan suaminya, Mujiharjo (54), Senin (3/11). Mereka diberi tahu bahwa Seneng ditemukan tewas di Hongkong pada Sabtu, 1 November, atau sehari setelah Jumineng melihat burung gagak warna hitam.

Jumineng pingsan ketika diberi tahu bahwa putri bungsunya, Seneng Mujiasih menjadi korban pembunuhan di Hongkong. Kabar pahit tersebut didapat mereka terima melalui telepon seluler, pada Senin (3/11) pagi.

Sang pemberi kabar adalah Jumirah alias DJ Jemi dan Luh Rahayu, rekan Seneng yang juga bekerja di Hongkong.

"Kami percaya 100 persen karena mereka adalah teman Seneng semasa SMA. Setelah itu, istri saya pingsan-pingsan terus, syok. Saya juga pusing-pusing dan selanjutnya kami sekeluarga pingsan, neneknya Seneng yang usianya sudah 74 tahun juga pingsan," kata Mujiharjo.

Mujiharjo mengaku, ia sempat bicara dengan Seneng pada Rabu malam dan Kamis malam, di pengujung Oktober. Saat itu, Seneng menanyakan perihal transfer uang Rp 20 juta.

"Dia tanya, uangnya sudah diterima atau belum?" kata Mujiharjo.
Pertanyaan itu dijawab oleh anak pertama Mujiharjo atau kakak Seneng yakni Sri Suantoro.

"Saya juga sampaikan ke Seneng kalau uangnya sudah sampai. Sudah, begitu saja. Itu komunikasi terakhir," ujarnya.

Pada Jumat malam, Mujiharjo menghubungi nomor telepon Seneng. Namun Seneng tak kunjung mengangkat telepon genggamnya. Sekitar pukul 21.00 Wita, Mujiharjo kembali menelepon Seneng dan telepon diangkat.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini