TRIBUNNEWS.COM,SOLO- Pemberitaan soal aktivitas prostitusi di kawasan Gunung Kemukus sempat mendunia setelah diulas oleh media terkemuka Inggris.
Tak mau kecolongan lagi, Pemkab Sragen bertindak cepat menyikapinya.
Suasana di Gunung Kemukus, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen begitu sepi Kamis (27/11).
Hanya terlihat beberapa warga yang bekumpul di beberapa warung makan.
Mereka serius mengamati belasan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), polisi dan beberapa anggota TNI yang datang ke kawasan makam Pangeran Samudro.
Kedatangan para petugas ini atas intruksi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen yang ingin melakukan penertiban tempat hiburan yang jaraknya 30 kilometer dari Kota Solo ini.
Namun, saat para petugas ini datang, hampir semua warung makan, tempat karaoke, hingga tempat penginapan yang biasanya dijadikan sebagai tempat prostitusi semuanya tutup.
"Sebelumnya memang sudah ada petugas dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah yang langsung melakukan sidak dan meminta supaya tempat-tempat hiburan ini ditutup. Yang tersisa hanya warga asli Kemukus," ujar Kasi Operasi dan Pengendalian Satpol PP Sragen, Sukamto kepada Tribun Jateng (Tribunnews.com Network), Kamis (27/11).
Sukamto menambahkan, Pemkab Sragen akan menutup tempat-tempat hiburan seperti karaoke hingga tempat penginapan yang tidak memiliki izin di Kemukus.
Dari data yang didapat Pemkab Sragen terdapat 69 tempat karaoke dan 158 pekerja seks komersial yang ada di daerah Kemukus.
"Kami menyasar warung-warung yang menyediakan tempat karaoke serta tempat penginapan, dan kami juga minta untuk berhenti beroperasi. Apabila nekat kami bisa membongkar tempatnya," sambungnya.
Selain melakukan penertiban, Sukamto juga memaparkan akan melakukan pengawasan di kawasan Kemukus pada hari-hari yang ramai seperti Jumat Pon atau Jumat Kliwon yang sering dipadati pengunjung untuk berziarah.
Sebelumnya, Bupati Sragen, Agus Facthurrahman menuturkan Gunung Kemukus sebagai tempat ziarah tidak akan ditutup.
Namun yang perlu dihilangkan adalah sisi negatif dari hasil mithologi menyesatkan dan keberadaan para pekerja seks komersial yang ada di sana.