TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Menargetkan juara umum di PON Remaja 1, DKI Jakarta akhirnya hanya berstatus runner up.
Raihan medali DKI Jakarta kalah dari tuan rumah Jawa Timur.
Meski mengakui Jatim sebagai juara umum PON Remaja, namun DKI memberikan catatan.
”Saya mengakui Jatim sebagai juara umum, namun dengan catatan,” kata Icuk Sugiarto, ketua kontingen DKI, Minggu (14/12).
Menurut Icuk, banyak catatan terhadap Jatim sebagai tuan rumah.
Bahkan DKI resmi melayangkan protes kepada panitia PON Remaja. Melalui nomor surat 03/KTN.DKI-JKT/XII/2014, resmi mengirimkan surat protes.
Surat protes tersebut ditembuskan pada Menpora, Gubernur Provinsi Jatim, Gubernur DKI Jakarta, KONI pusat, dan seluruh kontingen peserta PON Remaja.
Dalam surat tersebut, DKI menuntut Jatim didiskualifikasi.
"Kami meminta agar tim Jatim didiskualifikasi," kata Icuk.
Ada beberapa hal yang menjadi materi protes tim DKI. Di antaranya, kuota atlet tenis meja, tenis lapangan, dan bulutangkis.
Dalam cabor itu ditetapkan dua atlet terdiri satu putri dan putra, yang bermain di tiga nomor. Sehingga satu atlet bermain dua kali.
"Sedangkan Jatim terdiri dari empat atlet, yang masing-masing bermain di tunggal putra-putri dan ganda campuran," kata Icuk.
Selain itu keberadaan suporter yang dinilai rasis dan SARA.
Tidak hanya itu, juga didiskualifikasinya atlet tenis lapangan DKI di tunggal putri, dan empat emas dari cabor senam yang didapat Jatim karena juara bersama.
"Protes kami belum ditanggapi," kata Icuk.
Mengenai protes tersebut, ketua harian KONI Jatim Dhimam Abror pun menjawabnya.
Menurut Abror, mengenai kuota atlet, itu sudah diputuskan oleh KONI Pusat dan telah disampaikan pada pertemuan KONI seluruh Indonesia.
"Itu keputusan dari KONI pusat, bukan keputusan kami. Dan itu telah disampaikan pada seluruh KONI daerah," kata Abror.
Mengenai keberadaan suporter di bulu tangkis, itu bukan alasan.
Buktinya, saat tidak ada suporter, atlet Jatim Sri Fatmawati bisa mengalahkan atlet Jakarta, Jauza Sugiarto yang merupakan anak dari Icuk Sugiarto.
Sedangkan mengenai didiskualifikasinya atlet tenis lapangan DKI, bukan Jatim yang melakukan protes.
"Itu bukan kami yang protes, tapi Kalsel yang protes, dan yang memutuskan adalah dewan hakim. Kami tidak ada sangkut pautnya," kata Abror. (ook)