News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Longsor Banjarnegara

Yang Dicintai Yono Kini Pergi untuk Selama-lamanya

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah korban meninggal dunia musibah tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara dimakamkan secara massal TRIBUN JATENG/EKO NUGROHO

TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA- Raut wajah Yono (32) warga Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara terlihat muram saat melihat jenazah bapaknya dimasukan dalam satu liang lahat, Minggu (14/12).

Yono dan adiknya Antoro (22), tidak kuasa menahan kesedihan. Air mata mengalir dari kedua kelopak matanya, jatuh di atas liang lahat keluarga yang dikasihi.

Selain kehilangan kedua orang tua dan adiknya, Yono juga kehilangan istri dan sang anak. Kecuali jenazah ayahnya, empat jenazah keluarga Yono yang lain hingga kini belum ditemukan.

Yono mengaku tidak menyangka akan terjadi musibah yang merenggut nyawa orang-orang yang ia sayangi. Ia dan adiknya kini harus menerima kenyataan pahit, kehilangan lima nyawa anggota keluarga. "Kami sangat terpukul. Ayah, ibu, adik, istri dan anak saya sekarang sudah meninggal," ujar Yono lirih.

Dia mengungkapkan, saat kejadian dirinya tidak berada di rumah. Sebab, ia merantau ke Jakarta.

"Pas kejadian saya tidak tahu, soalnya saya masih kerja di Jakarta. Baru setelah mendengar kabar ini, saya pulang ke sini. Yang tahu persis bagaimana kejadianya adalah adik saya (Antoro) yang saat kejadian berada di sini,"ungkapnya.

Yono adalah anak pertama dari pasangan Karyoto dan Turipah, sedangkan Antoro anak kedua. Kemudian anak ketiga bernama Sunari. Satu keluarga kini hanya tinggal Yono dan Antoro yang masih hidup.

Sukiyah (22) dan Andini (8) adalah istri dan anak Yono, hingga kini masih tertimbun longsor. "Mau bagaimana lagi, ini adalah musibah dan saya pasrah menerimanya. Semua sudah kehendak NYA,"ujar  Yono saat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Jemblung.

Sementara Antoro yang selamat dari bencana ini mengatakan, saat peristiwa, dirinya tengah memancing di sungai tak jauh dari tempat tinggalnya.

"Saat itu saya sedang mancing. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh keras," katanya.

Bersamaan suara gemuruh itu, kata dia, tanah longsor pun menimbun rumahnya. "Melihat tanah longsor saya pun berlari menghindar terlebih dahulu sambil berteriak meminta tolong," jelasnya sembari menitikan air mata.

Ayahnya, Karyoto, baru ditemukan Minggu (14/12) sekitar 300 meter dari rumah.  
Sejumlah korban meninggal dunia tanah musibah tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara sudah dimakamkan secara missal, Minggu. Satu liang lahat digunakan untuk tiga jenazah, meskipun ada yang tidak satu keluarga.

Dari pantauan di pemakaman massal, sementara telah tersedia delapan liang lahat yang nantinya akan digunakan untuk memakamkan jenazah korban longsor. Hingga Minggu petang, sebanyak sembilan jenazah sudah dimakamkan secara bersama, menempati tiga liang lahat.

Mereka yang dimakamkan yakni Karyoto, Turipah, Sunari, Klimah, Chamin, Bahrun, Tursino, Mr X, dan Mrs X.

Seorang warga Dusun Jemblung, Rojakin (53) mengatakan pemakaman terlaksana berkat kesadaran bersama warga Desa Sampang. Warga prihatin dengan kondisi jenazah korban yang sudah tertimbun sejak Jumat (12/12) lalu.

"Warga desa sini tidak tega, apabila jenazah tidak segera dimakamkan setelah ditemukan. Makanya, sebagian jenazah yang ditemukan Minggu (14/12) langsung dimakamkan di sini,"ujar dia.

Dia menambahkan, tidak memaksa kepada anggota keluarga korban apabila jenazah ingin dimakamkan sendiri oleh keluarga. "Kami persilakan apabila keluarga korban ingin memakamkan sendiri. Warga di sini hanya membantu saja, toh juga sudah izin dengan relawan,"ungkapnya.

Namun demikian, sebelum dilakukan pemakaman secara massal, warga telah mendapatkan persetujuan dari keluarga korban. Sedangkan, jenazah yang hingga kini masih belum teridentifikasi juga langsung dimakamkan, setelah mendapat persetujuan dari Puskesmas dan kepala desa.

"Sebelum dimakamkan massal disini, keluarga korban sudah menandatangani surat persetujuan, disaksikan kepala desa. Setelah itu baru dimakamkan," papar dia.(tribun jateng/nug)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini