Ia heran dengan pelayanan tersebut. Yang mengalaminya bukan hanya dirinya tapi warga lainnya dalam satu gang.
Padahal posisi perumahannya berada di pusat Kota Semarang. Tidak jauh dari sumber air.
Merasa tidak puas, ia dan warga di perumahan sepakat membuat sumur artetis. Meski dibatasi jam-jam mengalirnya, tapi alirannya selalu lancar.
"Berbeda dengan layanan PDAM," tuturnya.
Walaupun sudah memakai sumur artetis, Tri tidak memutus langganannya ke PDAM. Namun, ia tidak menggunakannya atau hanya dibiarkan saja.
"Paling bayar Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu sebulan, itu juga abonemen," ucapnya.