Zakia baru mengetahui, dirinya bukan satu-satunya tukang jemput antar sabu milik gembong narkoba yang masih diburu petugas. Eka, perempuan satu sel tahanan bersama Zakia di Polda NTT, ternyata bekerja untuk bos yang sama.
"Saya terpaksa menjadi kurir narkoba karena usaha periklanan keluarga saya bangkrut. Sehingga saya tak punya pilihan lagi, selain menerima tawaran teman saya untuk mengambil dan mengantar narkoba hingga tempat tujuan," akunya.
Masih Ada Hikmah
Tersuruk di sel tahanan gara-gara narkoba, mengubah hidup Zakia. Di balik kesulitannya, selalu menyisakan hikmah buatnya dan keluarga. Bapaknya yang dulu lebih memerhatikan hidupnya sendiri, tiba-tiba berubah menjadi sayang keluarga.
“Selain rajin beribadah, bapak saya sudah berbaikan lagi dengan ibu dan memberi nafkah bagi ibu dan adik saya. Tak hanya itu, adik saya yang biasa bandel kini menjadi penurut," cerita Zakia yang kini getol puasa sunah Senin-Kamis dan salat Tahajud.
Orangtuanya sempat tak menyangka Zakia selama ini bekerja sebagai kurir narkoba internasional. Mereka dikagetkan setelah Polda NTT membawa Zakia ke orangtuanya yang tinggal di Jakarta, untuk menjerat warga Nigeria keluar dari persembunyiannya.
Ibunya, sedang mengusahakan menjual makanan khas Palembang di Kupang, bermodal rumahnya di Jakarta dikontrakkan. Alasannya, agar bisa dekat dengan Zakia, putri yang paling dekat dengan ibunya.
Sementara adiknya ikut si bapak, sekaligus melanjutkan SMA di Jakarta. Zakia berdoa, kelak setelah bebas, meneruskan kuliahnya yang sudah semester sembilan jurusan hukum pidana, universitas swasta di Jakarta.