Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat Patutie
TRIBUNNEWS.COM, KUMAI - Dari sekian relawan di Pelabuhan Kumai, Kalimantan Tengah, Jumat (9/1/2015), kehadirannya mencuri perhatian. Ia bersama 10 orang temannya dari Jakarta, datang membantu Basarnas.
Namanya Tanti Renhart Thamrin (40). Ia dan teman-temannya yang tergabung dalam komunitas penyelam profesional Indonesia, akan menyelam ke dasar laut tempat ditemukannya serpihan AirAsia QZ8501.
Sekalipun perempuan, dia tak mendapat perlakukan khsusus dari teman-temannya. Masing-masing anggota tim membawa segala perlengkapan menyelam sama banyak dan sama berat, tak terkecuali Tanti.
"Semua perlengkapan menyelam kami bawa double. Masing-masing orang bawa dua untuk cadangan. Kalau sudah dapat titik lokasi jatuh, kami bisa turun menyelam dan bertugas," ujarnya kepada Tribunnews.com.
Tanti dan teman-temannya sesama instruktur selam sudah bergabung dengan relawan lain di geladak kapal Basarnas yang akan ditumpanginya, Sabtu (10/1/2015), menuju lokasi yang diduga terdapat serpihat pesawat.
Darah sebagai penyelam ditularkan ayahnya. Tanti kecil diajari menyelam saat duduk di sekolah dasar, di sebuah pantai di Makassar, Sulawesi Selatan. Kadung suka menyelam, ia menjadi penyelam profesioanl pada 1999.
Tanti menamatkan sarjananya di Universitas Hasanudin, Makassar. Gelar strata duanya diambil di Georg-August-Universität Göttingen dengan jurusan Conflict and Disaster Risk Reduction Specialist.
Tak heran Tanti kerap terjun di dunia konflik di Indonesia. Ia pernah menjadi relawan saat konflik Poso dan Ambon. "Sehari-hari kerjaan saya memang conflict disaster. Jadi saya dekat dengan kegiatan humanitarian," terangnya.
Ia dan teman-temannya terpanggil untuk membantu evakuasi jenazah korban AirAsia QZ 8501, lewat penyelaman. Tanti berharap jenazah dan badan pesawat AirAsia QZ 8501 dapat ditemukan.