TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN BUN - Panglima TNI Jend Moeldoko gembira luar biasa begitu mendengar kabar anak buahnya berhasil menemukan dan mengangkat black box AirAsia QZ 8501 di Selat Karimata, Kalimantan Tengah (Kalteng). Moeldoko pun tak segan mengganjar anak buahnya dengan hadiah Rp 100 juta.
Kemarin, untuk kedua kalinya Jend Moeldoko kembali ke KRI Banda Aceh untuk memantau langsung jalannya evakuasi bangkai pesawat AirAsia yang jatuh ke laut sejak 28 Desember 2014 lalu.
Moeldoko yang tiba di Lanud Iskandar Pangkalan Bun, langsung terbang dengan Helicopter Bell menuju KRI Banda Aceh yang digunakan untuk menempatkan Flight Data Recorder (FDR) atau bagian dari Black Box yang Senin (12/1) pagi pukul 07.10 Wita berhasil diangkat tim penyelam dari Angkatan Laut.
"Saya ingat saat datang pertama menemukan ekor, saya ke sini lagi bisa angkat ekor, kemudian Flight Data Recorder. Saya datang ke sini, harus bisa temukan sisanya (bagian pesawat lain)," kata Jenderal TNI Moeldoko di geladak KRI Banda Aceh.
Moeldoko yang kedua kalinya hadir di KRI Banda Aceh ini didampingi KASAL Laksdya TNI Ade Supandi, KASAU Marsdya TNI Agus Supriyatna, Ketua KNKT Tatang Kurniadi, para Asisten Panglima TNI, Kapuspen TNI Mayjen TNI M. Fuad Basya dan beberapa pejabat teras Mabes TNI.
Bagian black box tersebut kemudian diangkut ke Lanud Pangkalan Bun bersama dengan helicopter Bell yang ditumpangi Moeldoko Cs. Panglima TNI ini juga ikut memamerkan temuan black box kepada puluhan wartawan yang sudah menunggu sejak pagi.
Black Box yang ditemukan lantas diserahkan Panglima TNI kepada KNKT yang akan bertugas melakukan investigsi isi rekaman dalam kotak berwarna oranye tersebut. Atas penemuan FDR ini, Moeldoko lantas memberikan penghargaan kepada anak buahnya.
Tak tanggung-tanggung, Moeldoko kemudian memberikan hadiah Rp 100 untuk 81 orang penyelam dari Komando Pasukan Katak, Marinir, dan Dinas Selam Bawah Air
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo menyebutkan bahwa FDR berhasil dievakuasi oleh empat penyelam dari TNI Al.
Perekam ini mempunyai fungsi merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau air traffic control (ATC). "FDR berhasil dievakuasi oleh tim penyelam dari dinas penyelaman bawah air TNI Al, atas nama Kapten Saiful, Serda Bambang, Serda Rajat, Kopda Edi Susanto,"jelas Soelistyo.
Soelistyo berharap, tim gabungan bisa segera menemukan satu perangkat lainnya yaitu perekam suara kokpit (cockpit voice recorder atau CVR. Sehingga investigasi jatuhnya AirAsia QZ 8501 bisa dilakukan secara lengkap oleh Komite Nasional Keselamatan Transportas (KNKT).
"FDR sudah ditemukan, yang masih diupayakan untuk dicari di luar tugas tambahan yaitu mencari CVR,"kata Soelistyo.
Karena CVR belum ditemukan, Moeldoko memerintahkan prajuritnya untuk bekerja keras menemukan satu bagian perangkat dari black box tersebut. Menurut Moeldoko, 81 penyelam dari TNI AL masih lengkap berada di Selat Karimata untuk mencari CVR berikut puing dan jenazah penumpang pesawat nahas tersebut. "Cockpit Voice Recorder (CVR) harus ditemukan", tegas Moeldoko.
Tak lupa Moeldoko menyampaikan ucapan terma kasih kepada seluruh rakyat Indonesia dan militer negara sahabat yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam pencarian AirAsia.
"Saya selaku Panglima TNI berterima kasih kepada masyarakat Indonesia, Basarnas, dan prajurit yang tidak kenal waktu dan bahaya. Terima kasih kepada masyarakat internasional, negara sahabat yang mengerahkan kekuatan alutsista personel dan kekuatan," tegas Moeldoko.
Hingga kemarinm jumlah korban yang berhasi dievakuasi mencapai 48 dari 162 penumpang dan kru pesawat. Dari jumlah itu, tim DVI baru berhasil mengidentifikasi korban sebanyak 34 orang. 14 jenazah belum berhasil diidentifikasi. (tribunnews/coz/pat/ran)