TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Apa jadinya jika seorang polisi menangis keras dan menjadi tontonan orang banyak? Hal itulah yang dialami Arfianto (29). Warga Patemon, Gunungpati itu menangis setelah kedoknya sebagai polisi gadungan terbongkar.
Pria berbadan besar, tegap, sangar itu tak malu menangis sesenggukan ketika digelandang ke lobi Mapolrestabes Semarang, Jawa Tengah, Selasa (13/1/2015). Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Djihartono pun tertawa.
Sontak saja Djihartono tertawa setelah melihat Arfianto meneteskan air mata. Sampai-sampai Kasubag Humas, Kompol Napitupulu, meminta Arfianto berhenti menangis.
"Kamu kan mengaku polisi, masa iya polisi menangis," ujar Napitupulu.
Mantan petugas keamanan ini terus saja menekuk wajahnya, lantaran tak kuasa menahan sedih. Arfianto meminta Kapolrestabes Semarang untuk segera menyudahi gelar perkara yang tengah berlangsung di halaman kantornya.
"Kamu kok perintah saya. Terserah saya mau sudahi (gelar perkara-red) kapan, besok atau bulan depan," bentak Djihartono kepada Arfianto.
Arfianto ditangkap polisi lantaran menipu sedikitnya delapan orang. Dia mengaku sebagai anggota Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jateng dan berjanji memasukkan korbannya bekerja di kepolisian. "Saya menjanjikan orang jadi PNS Polri di Polrestabes Semarang," kata Arfianto.
Kepada setiap orang, Arfianto meminta uang pangkal yang beragam. Total dari delapan korban, dia telah meraup sedikitnya Rp 20 juta.
Terakhir, dia menipu seorang warga Kalipancur, Ngaliyan. Bahkan korban yang satu ini mendatangi Polrestabes Semarang untuk bekerja dan telah menggunakan seragam PNS Polri. Kehadiran korban di Polrestabes Semarang awal pencarian Arfianto.
Untuk meyakinkan korbannya, Arfianto mencatut nama Kasat Binmas Polrestabes Semarang, AKBP I Nengah WD. Kesal namanya dicatut, Nengah WD langsung turun mencari dan menangkap sendiri Arfianto saat sedang makan siang di sebuah restoran.(Muh Radlis)