TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Tiga orang tewas dan tiga lainnya luka berat dalam bentrokan antarkelompok pekerja perusahaan perkebunan PT Buana Sriwijaya Sejahtera di Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, Rabu (4/2). Bentrokan dilatarbelakangi saling senggol.
Bentrokan terjadi di gudang warung serba ada di kompleks PT Buana Sriwijaya Sejahtera (PT BSS) sekitar pukul 09.00. Tiga orang tewas karena luka akibat senjata tajam, yaitu Nopri (30), pekerja buruh PT BSS, serta Aljazair (35) dan Heri alias Heri Too (29), pekerja kontrak PT BSS. Korban luka berat adalah Lesi (26), Paskaran (32), dan Heriansyah bin Salim (35), mandor panen. Mereka dirawat di Rumah Sakit Muara Rupit.
Sebelumnya beredar kabar bentrokan dilatarbelakangi perbedaan suku, yaitu antara warga asli dan warga transmigran yang bermukim di kawasan itu. Namun, Pejabat Bupati Musi Rawas Utara Agus Yusdiantoro yang datang ke lokasi bentrokan membantah hal tersebut.
”Setelah saya datang sendiri, saya pastikan kejadian ini merupakan kriminal murni yang tak ada latar perbedaan suku. Kedua kelompok yang bertikai itu sebenarnya justru masih saling berkerabat,” katanya.
Kepala Kepolisian Resor Musi Rawas Ajun Komisaris Besar Nurhadi Handayani mengatakan, tiga orang ditahan terkait kejadian itu, yaitu Heriansyah, Paskaran, dan Lesi. Lima orang sudah dimintai keterangan dan sejumlah senjata tajam disita sebagai barang bukti, seperti parang dan pisau panjang.
Berdasarkan penyelidikan kepolisian, pertikaian itu dilatarbelakangi permasalahan yang terjadi antara Heri Too dan Heriansyah. Awal peristiwa terjadi pada Selasa malam saat Heriansyah masuk ke gudang warung serba ada dan menyenggol Heri. Senggolan ini membuat Heri tersinggung dan kemudian bersama teman-temannya mencari Heriansyah. Kelompok tersebut kembali bertemu di gudang pada Rabu pagi yang memicu pertengkaran dan berakhir dengan perkelahian.
Setelah bentrokan tersebut, Pejabat Bupati Musi Rawas Utara, Kepala Polres, dan para tokoh masyarakat bertemu untuk mendamaikan kedua keluarga. Dua peleton polisi disiagakan di sekitar desa guna mencegah timbulnya aksi kekerasan lanjutan.
Selama ini, Musi Rawas Utara yang memisahkan diri dari Kabupaten Musi Rawas sekitar dua tahun lalu merupakan salah satu daerah dengan tingkat bentrokan dan kriminalitas dengan kekerasan tertinggi di Sumsel. Bentrokan antara warga dan kepolisian beberapa kali terjadi, dan beberapa waktu lalu mengakibatkan pembakaran sejumlah kantor polisi dan empat warga tewas tertembak.
Agus mengatakan, kultur dan emosi yang mudah meletup di Musi Rawas Utara masih menjadi masalah sosial. Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara akan menggunakan pendekatan kekeluargaan kepada masyarakat untuk meredam kekerasan.(IRE)