TRIBUNNEWS.COM. MANADO - Praktik prostitusi menghiasi dua kota besar di Sulawesi Utara, Manado dan Bitung.
Mulai dari yang membuka praktik secara terselubung melalui panggilan di hotel-hotel, menunggu tamu di dalam lorong, hingga terang- terangan menawarkan diri di tepi jalan raya.
Di Kota Manado misalnya, ketika malam tiba, di ujung Jalan Pierre Tendean Boulevard, berjajar para wanita yang siap di-booking para pria hidung belang.
Sementara di Kota Bitung, praktik prostitusi bisa ditemukan di Lorong Popaya atau populer disebut Lorpo. Lorong ini selalu ramai oleh pria pencari kenikmatan sesaat.
Di Lorpo ini pulalah, seorang pelanggan PSK, sebut saja Opa Har, tewas di kamar sebelum memadu kasih pada Minggu (9/2/2015) lalu. Tak pelak, pengalaman ini membuat takut si PSK yang sebut saja namanya Nani.
"Saya syok saat masuk ke kamar, Opa sudah jatuh ke lantai. Tak tahu kenapa," kata Nani saat diperiksa penyidik Polsek Urban Maesa, Bitung.
Nani mendapat imbalan Rp 120 ribu untuk sekali kencan. Namun sejak Opa Har meninggal di kamarnya, Nani memutuskan untuk berhenti menjalani pekerjaan haram itu.
Nani akan banting setir menjadi pedagang sayur. "Saya trauma, mau jualan sayur saja," katanya.