TRIBUNNEWS.COM.JOGJA- Dua pesawat Jupiter Wong Bee KT-1B, tim aerobatik TNI AU, mengalami kecelakaan saat latihan di Langkawi, Malaysia. Salah satu orang di atas pesawat nahas itu adalah Komandan Lanud Adisutjipto, Marsma TNI Yadi I Sutanandika.
PERISTIWA terjadi saat mereka latihan manuver dua hari sebelum Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA) 2015 di Malaysia digelar. Salah satu backseater yang berada di belakang pilot adalah Marsma Yadi. Danlanud saat itu duduk di belakang pilot Mayor Pnb Humaidi Syarief Romas.
Kepada wartawan Tribun Jogja, Yadi menceritakan pada saat itu dirinya memang sengaja duduk di belakang pilot dan berperan sebagai supervisor.
Akibat kecelakaan antar kedua pesawat jupiter 5 dan 6, saat ini ia harus mengenakan Thoracic Lumbo Sacral Orthosis, semacam korset untuk menstabilkan tulang belakang.
Tim dokter di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dalam pemeriksaan menyimpulkan bahwa Yadi mengalami retak ruas tulang belakang.
"Setelah dilakukan MRI (Magnetic Resonance Imaging) saya positif mengalami keretakan pada ruas tulang belakang," ungkapnya, Rabu (18/3/2015).
Cedera itu berakibat nyeri pada otot pinggangnya. Yadi memaparkan bahwa saat mengaktifkan kursi pelontar, ia berada dalam posisi duduk yang salah. Ia tidak dalam keadaan duduk tegak, akan tetapi tengah dalam keadaan agak membungkuk. "Hentakan di kursi lontar kuat sekali, seolah-olah badan tertekan ke bawah," ujarnya.
Saat kedua pesawat Jupiter berbenturan lalau terbakar, hanya hitungan sepersekian detik ia mampu menekan tombol aktivasi kursi pelontar dan bebas dari pesawat yang jatuh tak terkendali.
Hal itu tak sembarang orang mampu melakukannya, karena kondisi pesawat sudah tak terkendali, bergetar, dan memerlukan kecepatan berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri.
Pesawat KT-1B Woong Bee yang berharga Rp 4 miliar memang dilengkapi kursi pelontar buatan Martin Baker Inggris.
Yadi menuturkan kursi lontar diseting sedemikian rupa untuk pengamanan awak pesawat. Kursi lontar baik milik pilot maupun back seater bisa diaktifkan bersamaan, berurutan, maupun satu per satu. "Saat itu diaktifkan secara individu, saya terlebih dahulu keluar dari pesawat," ungkapnya.