Laporan Wartawan Tribun Manado, Handhika Dawangi
TRIBUNNEWS.COM, KOTAMOBAGU - Masyarakat Kotamobagu masih mengandalkan transportasi becak motor atau bentor untuk aktivitas sehar-hari mereka. Sayangnya, angkutan kota yang dulu ada sekerang menghilang.
Keberadaan bentor cukup membantu mobilitas warga dari satu tempat ke tempat lain. Sayangnya, bentor tak cukup mudah dan cepat menjangkau semua tempat. Lokasi yang berada cukup jauh dari pusat kota, seperti Desa Tabang, Mongkonai dan Bilalang, misalnya, sulit dijangkau dengan bentor.
Di sejumlah kota lain di Provinsi Sulawesi Utara seperti Tomohon, Bitung, dan Manado, selain ada jasa ojek, masyarakat juga terbantu dengan keberadaan angkutan kota seperti mikrolet untuk aktivitas harian.
Dinas Perhubungan Kotamobagu sebenarnya dapat menyediakan modal transportasi lokal. "Hanya saja kalau pengelolaannya oleh pemkot, masih memerlukan kajian lebih lanjut," ujar Kepala Dinas Perhubungan Kotamobagu Agung Adati kepada Tribun Manado, Sabtu (2/5/2015).
Agung menjelaskan, kajian yang dibutuhkan meliputi aspek legalitas maupun kelayakan, termasuk teknis operasional untuk angkutan konta. Dulu Kotamobagi memiliki angkutan kota tapi sudah tak beroperasi lagi kini.
"Dulu itu ada trayek Kotamobagu-Tabang, Kotamobagu-Mongkonai, dan Kotamobagu-Bilalang. Namun karena kehadiran angkutan transportasi lain angkot seiring berjalan waktu menghilang," terangnya.
Dinas Perhubungan Kotamobagu membuka ruang kepada pengusaha untuk berinvestasi memenuhi kebutuhan angkutan publik dalam kota yang aman dan nyaman seperti mikrolet.
"Karena sampai saat ini izin trayek dalam kota belum dicabut. Dengan adanya angkutan lain, masyarakat punya alternatif untuk memilih moda trasnportasi bentor atau mikro untuk kebutuhannya," sambung Agung.