TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Warga Denpasar mengutuk keras aksi yang menimpa bocah malang Angeline (8).
Sambil menggendong anaknya, Sri Susilayani (35) warga Sanglah, Denpasar, Bali, tak canggung mencelupkan telapak tangan kirinya ke dalam tinta warna biru ke sebuah kain putih.
Ia bersama warga lainnya tampak antusias mengikuti aksi stop kekerasan terhadap anak yang digelar di Lapangan Bajra Sandhi, Renon, Denpasar, Bali, Minggu (14/6/2015).
“Aksi ini bagus, antusias dan ini sikap kepedulian terhadap anak,” ujar Sri ramah.
Ia merasa sedih atas kasus kekerasan terhadap anak, terutama kasus yang menimpa Angeline (8) yang telah ditemukan tewas terkubur di belakang rumahnya.
Sri berharap ada penerapan hukum yang setimpal terhadap pelakunya. “Sedih rasanya sebagai orang tua, nggak bisa diomongin tega orang melakukan itu,” jelas Sri.
Ia mengharapkan, bagi aparat penegak hukum untuk tak ragu memberikan sanksi hukuman yang seberat-beratnya bagi pelakunya.
“Saya ingin pelakunya mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan I Made Gatra (51) salah satu warga yang ikut aksi, ia mengharapkan kasus kekerasan terhadap anak terutama kasus Angline ke depannya tidak ada lagi.
“Saya mengharapkan kepada orang tua dan masyarakat untuk membina anak-anaknya dengan kasih sayang, agar tidak sampai seperti nasib bocah malang Angeline,” ujar Gatra.
Gatra menuturkan, kasus Angeline diharapkan sebagai kasus pertama dan terakhir.”Jangan lagi ada kasus seperti di manapun, baik di Bali maupun di seluruh Indonesia,” katanya. (*)