News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Dokter Unibraw Ini Berhasil Bikin Benang Jahit Operasi dari Getah Jarak

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Benang operasi terbuat dari getah jarak.

Laporan Wartawan Surya, Sulvi Sofiana

TRIBUNNEWS.COM, KLOJEN - Berinovasi menggunakan tanaman herbal merupakan kegemaran Siti Nurjannah (22). Mahasiswi kedokteran hewan Universitas Brawijaya ini sudah dua kali mengajukan proposal kreativitas dan berhasil didanai.

Pada 2014, Jannah - panggilan akrab Siti Nurjannah - mulai berinovasi dengan dua teman satu jurusannya, Andri Julianto (22) dan Yumeida Noor Ilma (22), mencari formulasi untuk benang jahit operasi. Ide ini bermula ketika Jannah mempraktikkan pembedahan perut kucing dan menjahitnya kembali menggunakan benang berbahan usus hewan.

“Entah saya yang kurang steril atau kandungan usus itu tidak sesuai dengan kulit kucing, akhirnya bekas jahitan bengkak dan terbuka kembali,” terang Jannah, Jumat (19/6/2015).

Mengaca pada kejadian itu, mereka berkonsultasi dengan dosen untuk mencari alternatif benang operasi lainnya. Ternyata, benang jahit yang tidak menimbulkan peradangan bisa didapat dari luar negeri.

Benang jahit itu berbahan sintetis yang harga satu paketnya mencapai Rp 2 juta. Satu paket benang jahit sintetis berisi 10 yang masing-masing sepanjang 70 sentimeter. Karena harganya cukup mahal, mereka berupaya berinovasi untuk mendapatkan benang jahit operasi tapi tetap aman dan murah.

“Kami mengadaptasi hasil penelitian di Unair (Universitas Airlangga) untuk membuat benang operasi yang tidak menimbulkan peradangan,” jelas Jannah.

Ternyata, komposisi pembuatan benang itu menggunakan gli poli acid (GPA) yang harus diimpor dari Jerman alias masih berbahan luar negeri. Mereka memutuskan untuk merumuskan komposisi baru benang jahit perpaduan bahan getah jarak.

Sebelum lebih serius, Jannah dan kedua temannya mengkonsultasikan lebih dulu soal getah jarak ini ke Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) untuk menentukan jenis jarak yang bisa dipakai sebagai benang jahit.

Berdasar pengalaman, warga sekitar Balittas ternyata kerap mengoleskan getah jarak untuk menutup luka gores. Luka gores ringan, secara normal akan tertutup setelah tiga sampai tujuh hari. Jika diolesi getah jarak luka, luka akan menutup dua hari.

“Di sana ada pengembangan jarak, karena ada berbagai macam jarak jadi kami menganalisa kandungannya,” terangnya.

Getah jarak ini diambil dengan cara menyayat kulit batang. Untuk benang sepanjang 70 sentimeter dibutuhkan sekitar dua milimeter getah jarak. Getah ini lalu dicampur dengan polivinil alkohol, asam glikolat, aquades, dan asam sitrat lalu diaduk hingga homogen dalam agnetic stirrer sekitar 30 menit dengan suhu 70oC.

“Awalnya kami masih menggunakan plastik sebagai cetakannya, jadi adonan kami masukkan jarum suntik, dan kami goreskan di atas mika,” terangnya.

Kemudian mereka harus menunggu 24 jam untuk benang siap diambil. Tetapi dalam formulasi awal, berbagai kegagalan mereka alami. Mulai dari benang yang terlalu lembek seperti permen jelly samapai adonan keras.

“Adonannya keras sampai tidak bisa keluar dari jarum suntik, di percobaan kelima kami baru menemukan formulasi yang pas,” jelas Jannah.

Untuk menyempurnakan benang yang sesuai standar benang operasi, mereka membuat cetakan dari aluminium dibantu anggota kelompok lain, yaitu Ahmad Aufal Marom (20) dari Teknik Industri dan Mohamad Rifan (20) dari Fakultas Hukum. Keduanya membantu mendesain kemasan yang diajukan saat monitoring dan evaluasi hasil produk mereka.

"Cetakan kami hanya mampu membuat sampai ukuran 0,2 milimeter, ukuran ini cocok untuk benang bagian kulit. Kalau untuk ukuran kecil lagi kami harus membawanya ke pabrik tekstil di Bandung,” terangnya.

Benang ini telah mereka uji tarik sebesar 8 Newton, hal ini lebih kuat dari benang-benang komersil yang uji tariknya sebesar 5,2 Newton. Hasil dari uji FT-IR menunjukkan gugus fungsi karbonil, gugus alkana, dan gugus hidroksil sehingga mempunyai sifat mudah terbiodegradasi.

Artinya benang dapat terdegradasi dalam tubuh dan menghasilkan produk akhir yang tidak beracun. Untuk uji kelarutan, sampel dapat larut sempurna dalam PBS setelah 12 hari. Bahan ini akan terus dirancang memenuhi syarat sifat fisik sesuai SNI 16-3346-1994 tentang “Benang Operasi Terserap Sekali Pakai” dan USP 29-NF 24 tentang standar produk benang.

Jannah menerangkan, biaya pokok produksi untuk seutas benang berukuran 70 cm hanya sekitar Rp 10 ribu. Harga ini tentu lebih murah dibandingkan benang impor yang harganya Rp 200 ribu per 70 sentimeter.

Ia menambahkan benang getah jarak ini masih harus melalui beberapa proses penyempurnaan dan pengujian. "Kami akan melakukan uji daya simpan atau kadaluarsa dan uji reaksi jaringan," terangnya sambil berharap ke depan Indonesia tak perlu mengimpor benang jahit operasi lagi. 

Saat ini mereka sedang berupaya mengambil izin untuk melakukan percobaan benang jahit dari jarak pada tikus. Namun, mereka akan lebih dulu mengubah proses sterilisasi benang yang awalnya menggunakan ozon3 menjadi pensterilan menggunakan golongan alkohol.

“Kami memilih tikus karena ukurannya lebih besar dari mencit (tikus kecil, red) dan sesuai dengan diameter benang,” ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini