TRIBUNNEWS.COM -- Jarak antara Sajingan dengan Kota Sambas sebenarnya hanya sekitar 84 KM. Bisa ditempuh dengan waktu normal sekitar 2,5 jam. Namun, jika hujan turun perjalanan menggunakan mobil bisa 6 hingga tujuh jam.
Hari masih pagi, matahari bahkan belum muncul. Satu unit mobil Toyota Innova meluncur di jalan mulus Kota Sambas. Namun sekitar 5 menit kemudian kondisi jalan berubah. Kini jalan berbatu. Jalan yang rusak tersebut masih berada di wilayah Kota Sambas.
Memasuki Kecamatan Teluk Keramat, kondisi jalan juga masih belum licin. Namun, di kawasan Kecamatan Galing sedang dilakukan perbaikan jalan, alat berat terlihat di kiri kanan jalan.
"Ini belum seberapa. Habis ini jalan tanah," kata Simon Sinambela, Edication Project Coordinator Sambas Area Development Program Wahana Visi Indonesia (WVI), pekan lalu.
WVI sedang menginisiasi program untuk anak di sejumlah kecamatan di Sambas. Di bawah koordinasi Simon, kebetulan ada program menulis dan pelatihan jurnalisme warga untuk anak-anak serta beberapa guru dan kader WVI di Sajingan.
"Kalau tidak hujan, artinya kalau jalan kering dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam sampai di Sajingan. Kalau hujan seperti ini sulit dipredikasi," kata Simon.
Ucapan Simon terbukti, memasuki jalan yang umumnya masih berupa tanah merah pergerakan Toyota Innova mulai liar. Wahdi, sopir yang mengemudikan Innova harus ekstra hati-hati dan penuh konsentrasi. Jika tidak, bisa saja terperosok. "Kalau tidak hujan tidak susah seperti ini, tapi kalau hujan kondisinya seperti inilah jalan jadi licin," kata Wahdi.
Selama menuju Sajingan empat kali mobil amblas. Amblas pertama kali di Desa Sentaban, kemudian di Desa Sanatab. Saat amblas para penumpang bahu-membahu mendorong. Bahkan pengendara sepeda motor, sopir truk, sopir angkutan penumpang dan lainnya saling bantu. Alat berat seperti eksavator yang sedang meratakan jalan tanah pun ikut membantu dengan cara menarik mobil menggunakan tali.
"Seperti ini lah kondisinya, para pengendara memang saling bantu sehingga sedikit bisa mengatasi jalan. Kalau amblas di tempat sepi ini yang sulit," kata Wahdi.
Icup, seorang warga yang akan mengikuti rapat di kantor Camat Sajingan juga mengeluhkan kondisi jalan yang masih tahap pengerasan itu. Dikatakan Icup, kalau hujan kondisi jalan memang sulit. Icup yang mengendarai sepeda motor bersama sejumlah warga terpaksa turun dan mendorong motor di lokasi yang benar-benar licin dan becek.
Aktivis PKBI Sambas, Juliadi, yang sering bolak-balik Sambas- Sajingan mengatakan jalan menjadi kebutuhan utama warga perbatasan. Juliadi minimal sebulan sekali melakukan kunjungan ke Sajingan.
"Harapan saya pembangunan perbatasan terutama infrastruktur jalannya bisa dipercepat. Kalau hujan hujan dan jalan becek seperti ini warga sulit menjual hasil bumi berupa lada ke Sambas," kata Juliadi.
Dihubungi terpisah Bupati Sambas dr Juliarti Djuhardi Alwi mengatakan terkait realisasi pembangunan jalan nasional perbatasan terutama dari arah Sambas-Sajingan merupakan jalan Nasional yang pembangunannya dilakukan oleh pusat.
Pemerintah pusat meminta Pemkab Sambas mengurus Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). "Kementrian PU saat ini langsung turun ke lapangan dan jalan itu dalam tahap pengerjaannya. Sementara pihak kabupaten diminta untuk percepatan Amdal," kata Juliarti.
Ia sudah menghubungi Badan Lingkungan Hidup (BLH) acar secepatnya menyelesaikan Amdal. Sebab, begitu Amdal selesai maka tim dari pusat dipastikan akan segera bekerja di lapangan.
Kepala Dinas PU Bina Marga Pengairan SDA dan ESDM Kabupaten Sambas, Ferry Madagaskar, mengatakan saat ini jalan tersebut memang dalam tahap pengerjaan.
"Pemerintah pusat melalui Kementerian PU sudah memastikan akan melakukan peningkatan jalan nasional Simpang Tanjung-Aruk dari 2 jalur menjadi 4 jalur," ujarnya. Kepastian itu disampaikan saat Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional ke Sambas beberapa waktu lalu.
Jalan nasional ini memang program presiden mengubah beranda depan perbatasan. "Ini perintah langsung Presiden Joko Widodo yang ditindaklanjuti menteri, beliau pesan tolong dihitung bagaimana kesiapan daerah untuk peningkatan jalan ini," jelasnya.
Total panjang jalan Simpang Tanjung-Aruk sekitar 11.136 KM dan memerlukan pembebasan lahan untuk pelebaran hingga 50 meter. Untuk jalan yang sudah ada saat ini sepanjang 14 meter dan ditambah menjadi 4 jalur.
"Rencana kita Galing-Aruk merupakan jalan strategis nasional. Ke depan Aruk-Sambas-Galing menjadi jalan nasional sekarang dikerjakan. Sehingga target kita untuk Simpang Tanjung-Aruk menjadi 4 jalur," jelasnya.
Satu di antara tokoh pemuda Sajingan, Benny, berharap jalan tersebut segera mulus sehingga masyarakat dimudahkan. Sejauh ini perekonomian warga perbatasan ditopang negara tetangga, jika jalan tersebut sudah mulus maka warga bisa menjual hasil bumi ke Sambas.
Selain jalan nasional tersebut, menurut Benny saat ini Unit Yonif Zeni Konstruksi (Yonzikon) TNI AD dikerahkan langsung dari Jakarta juga mengerjakan pembangunan jalan paralel perbatasan Kalimantan.
Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan rombongan WVI kemudian tiba di Aula Balai Penyuluhan Pertanian, Kecamatan Sajingan, Kabupaten Sambas. Pelatihan tersebut harusnya dimulai pukul 08.30 WIB, namun kini waktu sudah menunjukkan 12.00. Meski demikian para peserta tetap tersenyum ramah, mereka mungkin paham kondisi jalan yang tak bersahabat. (stefanusakim/ita)