Laporan Wartawan Tribunnews Video / Tarmizi Khusairi
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Di balik kemudi ambulans Bulan Sabit Merah Indonesia, Yuli Yanika, cekatan mengantar jenazah korban jatuhnya pesawat Hercules C-130 di Padang Bulan, Medan, Selasa (30/6/2015).
Wanita berjilbab ini acap kali memijak gas dalam-dalam saat mengantarkan jenazah ke rumah sakit atau ke Lanud Soewondo. Suara sirine dan klakson sering terdengar dari mobil yang ia kemudikan untuk menembus keramaian.
"Saat evakuasi pertama, saya jantungan juga melihat kondisi jenazah di tempat kejadian perkara, ngeri-ngeri sedap juga melihatnya," kata Yuli.
Guru SDN 064024 menceritakan, pengalaman mengantar angkut jenazah bukan pertama kali. Perempuan bertumbuh tambun itu pernah membantu proses evakuasi dan membawa ambulans.
"Ini sudah kesekian kalinya saya jadi relawan, semenjak bergabung tahun 2012, di situ lah saya memulai jadi tim SAR di BSMI," terang Yuli yang mengaku tak hanya menjadi sopir tapi juga membantu evakuasi.
Sebagai relawan perempuan, Yuli tidak merasa canggung. Menurut dia menjadi relawan sudah menjadi panggilan jiwa, sehingga tidak mengenal mau atau tidak. "Tidak ada merasa malu atau gimana gitu," katanya.
Dalam lingkungan relawan, lelaki dan perempuan sama saja jika sudah menjadi panggilan jiwa. Meski perempuan, Yuli bisa menempuh kecepatan mencapai 80 sampai 100 kilometer per jam.
Kecepatan itu, ucapnya, sangat dibutuhkan saat-saat darurat."Yang buat kesal, saat darurat, mobil lain tidak mau minggir, Kalau sudah begitu, yang terpaksa kita ketok saja mobil yang menghalangi dan klakson terus," katanya.
Sementara itu, navigator Yuli, Febriana Ketaren mengatakan, saat macet ia harus kerja ekstra untuk memberi tahu pengguna jalan untuk memberi jalan. "Suara sempat hilang juga semalam, karena kemacetan juga," ucapnya.