TRIBUNNEWS.COM, PAYAKUMBUH - Jembatan Kelok Sembilan di Kabupaten 50 Kota, Provinsi Sumatera Barat, tetap menjadi objek wisata yang mengasyikan bagi sejumlah pemudik yang menuju Sumatera Barat atau Provinsi Riau, dalam mengisi libur Idul Fitri 1436 Hijriah.
"Sering pemudik berhenti di sini, sekedar menyaksikan pemandangan alam di atas Jembatan Kelok Sembilan, sambil makan jagung bakar, atau minum teh dan kopi," kata seorang penjual jagung bakar Eni (36) di Jembatan Kelok Sembilan, Kabupaten 50 Kota, Jumat.
Menurut Eni, kunjungan pemudik untuk makan jagung dan minum teh atau kopi, pada H-1 Idul Fitri 1436 Hijriah belum begitu ramai, karena hari raya pertama warga setelah shalat Id, cenderung pergi mengunjungi keluarga ketimbang melakukan perjalanan ke luar kota.
Hal ini, katanya lagi ditandai dengan hanya belasan unit kendaraan roda empat ber nomor polisi BM, BA, B, BK dan lainnya itu serta kendaraan roda dua bernomor Polisi BM dan BA yang berhenti di bahu jalan, dan lalulintas kendaraan di sepanjang jembatan Kelok Sembilan ini tidak terlalu padat.
"Biasanya, berdasarkan pengalaman pada Idul Fitri tahun sebelumnya, pada hari raya kedua hingga berakhirnya cuti bersama pemudik baru ramai memadati jembatan ini," katanya.
Dengan kondisi demikian, katanya lagi, lumayan kami bisa meraih rejeki yang lebih banyak dibandingkan pada hari normal. Untuk satu jagung bakar bisa dijual Rp6.000 hingga Rp7.000/buah atau naik sebesar Rp1.000 hingga Rp2.000/buah dibandingkan hari biasa yang hanya dijual Rp5.000/buah.
Begitu pula untuk penjualan teh, kopi, atau penjualan mie instan, sate, bakso dan lainnya hanya menaikkan harga sebesar Rp1.000 - Rp2.000 per porsi. Termasuk jasa tukang parkir, yang sebelumnya tidak pernah dipungut, kini dipungut untuk roda empat Rp5.000/unit, dan roda dua Rp2.000 per unit.
"Dimaklumi saja, kan kenaikan harga ini hanya selama masa mudik, pada hari biasa kita jual kembali seperti harga semula," katanya Eni yang didampingi suami dan seorang anaknya.
Bagi Zulkifli (47), warga Kota Pekanbaru bersama isteri dan tiga anaknya, mengaku tiap kali melewati batas Provinsi Riau dengan Sumbar ini, dirinya dan keluarganya selalu berhenti di Jembatan Kelok Sembilan ini, selain ingin menghilangkan penat, sekaligus bisa melihat pemandangan alam yang luar biasa indahnya jika di pandang dari atas jalan ini.
Jembatan Kelok Sembilan di Kabupaten 50 Kota, Provinsi Sumatera Barat, yang diresmikan Presiden SBY pada Oktober 2013 menjadi tempat wisata mudik yang mengasyikan bagi keluarga yang melintas dari Bukit Tinggi ke Pakanbaru atau sebaliknya. Selama lebaran, suasana di atas jembatan tertinggi di Sumbar tersebut terlihat ramai pemudik yang melepas penat sekaligus menikmati keindahan panorama setempat.
Keberadaan jembatan itu mengakibatkan jarak tempuh Pekanbaru - Bukittinggi, Pekanbaru-Padang, atau sebaliknya menjadi lebih lancar dan singkat, karena sebelumnya badan jalan yang sangat sempit peninggalan kolonial Belanda itu sangat susah dilalui.
Sementara itu, sebagian besar pedagang kaki lima dan penjual jagung bakar berada pada jembatan 4-6, dan pada posisi ini jika mata diarahkan memandang ke bawah tampak jurang terjal dipenuhi pohon-pohon dan air sungai kecil mengalir indah, sedangkan pada pemandangan bagian atasnya tampak sejumlah tebing dan panorama alam yang mengagumkan dipandang mata.
Berdasarkan data Dinas Provinsi Sumbar, Jembatan Kelok Sembilan mulai dibangun pada 2003. Pembangunannya dilakukan dua tahap. Total panjang jembatan dan jalan 2.537 meter yang terdiri dari enam jembatan sepanjang 959 meter dan jalan penghubung sepanjang 1.537 meter.
Bentang jembatan terpendek 20 meter (Jembatan Satu) dan terpanjang 426 meter (Jembatan Empat). Jembatan keempat menggunakan konstruksi pelengkung beton dengan pondasi "bore pile" sedalam 20 meter untuk menahan berat jembatan dan guncangan horizontal jika terjadi gempa.