Laporan Wartawan Surya, Sulvi Sofiana
TRIBUNNEWS.COM, MALANG – Saat dilihat sepintas, bentuk ubur-ubur di lalut menyerupai sampah plastik dan tampak cantik dengan bentuknya yang bulat.
Namun, di balik bentuknya yang transparan, binatang laut ini dapat menyengat dan menimbulkan rasa gatal, panas, dan perih saat menyengat.
Hal ini disampaikan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB), Prof Dr Ir Diana Arfiati MS.
Ia mengatakan, pada bulan Juli dan Agustus ubur-ubur sedang dalam tahap medusa atau berenang bebas.
Sebelumnya ia akan melewati tahap polip, atau menempel pada terumbu karang.
Ketika mereka berenang bebas, pergerakannya bisa mengarah ke bagian pantai.
Apalagi pantai di area Malang memiliki arus yang cukup kuat.
Namun, hal ini dirasa cukup aman, apalagi Ubur-ubur merupakan objek yang bagus untuk diamati.
Dengan larangan berenang di sejumlah pantai, apalagi untuk pantai dengan ombak yang besar, siklus pergerakan ubur-ubur dirasa belum membahayakan wisatawan.
“Saya pernah menjumpai ubur-ubur di pantai Malang itu ukurannya besar, dengan kisaran diameter 30 sentimeter. Meskipun sengatannya seperti bekas cambukan, tapi masih tidak begitu berbahaya. Kecuali bagi yang memang alergi,” ujarnya.
Ia menambahkan, ubur-ubur yang memiliki bisa berbahaya yaitu ubur-ubur dengan ukuran kecil, tapi sangat jarang ditemui di pantai Malang.(*)