TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Anggota TNI Kodim 0911/Nunukan berhasil menggagalkan penyelundupan tujuh bal narkotika golongan 1 jenis sabu seberat 359,48 gram asal Malaysia.
Pengungkapan kasus narkoba kali ini relatif sulit, karena para pelaku menyembunyikan barang bukti di dalam perut mereka.
Pelaku diduga jaringan penyelundupan narkoba yang profesional. Mereka nekat memasukkan barang terlarang tersebut dalam perut dengan cara ditelan.
Komandan Kodim 0911/Nunukan Letkol (Inf) Tagor Rio Pasaribu mengungkapkan, anggota TNI bersama tim medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nunukan harus memaksa para tersangka buang air besar, agar barang bukti yang disembunyikan dalam perut bisa keluar.
Para tersangka yang diduga menelan kemasan sabu diberi makan untuk memicu mereka buang air besar (BAB). Sejak diberi makan Minggu (2/8/2015) dinihari, butuh waktu dua jam akhirnya tersangka mengeluarkan semua barang bukti melalui anus.
"Kami beri makan supaya bisa buang air besar. Setelah itu mereka kita suruh ke lapangan, tetap kita jaga sehingga tahu benar ada berapa yang ada? Sampai jam tiga pagi tadi baru keluar semuanya," kata Tagor, saat memberikan keterangan pers di Makodim Nunukan, Minggu (2/8/2015).
Menurut pengakuan pelaku, barang bukti sabu yang dikemas dalam plastik dimasukkan dalam perut dengan cara ditelan.
"Jadi bukan dimasukkan melalui anus, melainkan ditelan. Yang jelas, dia sudah kebiasaan menelan. Mereka profesional, bukan baru kali ini," ujar Tagor.
Penangkapan tiga tersangka berawal saat anggota TNI mengamankan dua bal sabu yang disimpan Hamzah (21) di celana dalam yang dikenakan. Selanjutnya anggota membawa Hamzah, Azulizan (23), dan Muhammad Rusdi (33) ke RSUD Nunukan untuk menjalani proses radiologi. Dari foto rontgen diketahui ada benda asing di dalam perut Rusdi dan Azulizan.
"Setelah buang air besar, diperoleh tiga bal sabu dari perut Rusdi dan dua bal sabu dari perut Azulizan," jelasnya.
Azulizan diketahui sebagai warga negara Malaysia yang tinggal di Tawau, Sabah, Malaysia. Sementara dua rekannya warga asal Sidrap, Sulawesi Selatan yang tinggal di Sungai Pancang, Pulau Sebatik.
Setiap harinya Rusdi dan Hamzah tinggal di Malaysia. Terkadang mereka di Sungai Pancang. Dia mengaku bekerja sebagai kuli.
Lima Bal Sabu Keluar dari Perut Rusdi dan Azulizan
Editor: Dewi Agustina
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger