TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Polda Sumsel akhirnya menindaklanjuti kasus dugaan seorang mahasiswi Universitas Sriwijaya (Unsri), Desty Anggraini (21) yang diduga akan bergabung dengan Islamic State of Iraq And Syiria (ISIS), dengan menerjunkan intel.
"Kami sudah melakukan koordinasi dengan jajaran Intelijen Polda Sumsel yang sudah berada di kawasan Ciamis Jawa Barat untuk mengetahui keberadaan mahasiswi ini apakah berada di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Jawa Barat," jelas Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol R Djarod Padakova, Kamis (20/8/2015).
Baca: Lewat Facebook Desty Anggraini Bantah Gabung ISIS
Tindakan tersebut, dikatakan Djarod, dilakukan setelah pihak keluarga mahasiswi semester tujuh jurusan FKIP PAUD di Unsri ini, datang dan meminta tolong kepada Polda Sumsel dengan harapan dapat menemukan keberadaannya.
"Jadi sebenarnya dari pihak keluarga ini tidak mengharapkan anaknya menimba ilmu di salah satu Ponpes yang ada di Jawa Barat akan tetapi sang anak tetap pergi. Jadi sudah menyampaikan kepada kami dan saat ini kami akan melakukan deteksi atau pemeriksaan di sana," terangnya.
Mengenai keberadaan ISIS di Sumsel, dikatakan Djarod, bahkan kaitan-kaitan dengan ISIS yang menimpa mahasiswi itu menurutnya tidak ada.
Terlebih, sejauh ini khususnya di Sumsel terkait laporan yang berindikasi ISIS belum ada dan diharapkan ke
depannya tetap tidak ada.
Selain itu, sejak pemerintah menyatakan larangan ISIS di Indonesia, Polda Sumsel sudah mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi agar ISIS ini tidak masuk ke wilayah Sumsel.
"Kami telah melakukan langkah-langkah pro aktif seperti berkoordinasi dengan pihak yang terkait dan sosialisasi akan bahayanya ISIS ini. Hal itu kami lakukan untuk pencegahan ISIS masuk ke Sumsel," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Desty yang diduga gabung ISIS oleh orang tuanya sempat meminta izin untuk pergi menimba ilmu agama di Ponpes Tahfidz Al-quran Anshorulloh di Ciamis Jawa Barat.
Setelah itu, tidak diketahui lagi keberadaannya sejak 15 Agustus 2015 lalu. Saat pergi, Desty hanya membawa tas ransel berisi pakaian dan uang saku sebesar Rp 50 ribu. Sedangkan biaya ongkos sudah ada karena dijamin oleh teman Desty yang sama-sama berangkat ke Jawa.
Keluarga khawatir, Desty bergabung dengan ISIS karena di kamar kontrakannya di Indralaya Ogan Ilir (OI) ditemukan sejumlah kalimat tentang sahid.
Sejak setahun terakhir Desty juga memakai cadar dan berpakaian serba hitam. Bahkan, Desty juga nekat memutuskan hubungan keluarga jika disuruh melepas pakaian itu. (cr9/cr11)