TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA - Raut penyesalan masih tergurat di wajah I Gede Sandy Juniarta sesaat sebelum memulai pertandingan final judo pria kelas 90-100 kilogram (kg) di GOR Undiksha Singaraja, Bali, Rabu (9/9/2015) kemarin.
Sandy masih merasa bersalah atas tewasnya Wayan Agus Widiantara, lawan tandingnya dalam pertandingan, Selasa (8/9/2015).
Saat itu Sandy dinyatakan menang melawan Agus karena unggul poin saat membanting lawannya itu yang akhirnya tewas.
Di laga final, Sandy kalah dari atlet asal Denpasar, Gede Ganding Kalbu Soethama, yang menjadi lawannya.
Ia pun menempati posisi kedua dan meraih medali perak.
"Saya menyatakan turut berduka cita atas meninggalnya rekan kami, Wayan Agus Widiantara. Mari kita mendoakan yang terbaik untuk beliau," ucap Sandy singkat.
Baca: Atlet Judo Agus Widiantara Tewas Usai Dibanting Lawan di Ajang Porprov Bali
Sementara itu, Kontingen Bangli cabang olahraga (cabor) Judo memutuskan tidak melanjutkan laga sisa dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali XII di Buleleng.
Seluruh ofisial dan atlet judo tersebut memilih untuk pulang ke Bangli, Rabu (9/9/2015).
Kepala Bidang Panitia Pelaksana Porprov Bali XII, I Made Supartawan, mengatakan, kontingen judo asal Bangli memilih tidak melanjutkan sisa pertandingan karena masih dalam suasana duka setelah tewasnya seorang atlet mereka, Wayan Agus Widiantara, Selasa (8/9/2015).
Meski sejumlah atlet masih berpeluang untuk meraih medali.
Agus tewas saat bertanding melawan I Gede Sandy Juniarta (26).
Ia tewas saat bergumul di bawah seusai dibanting Sandy.
Diperkirakan, terdapat kerusakan syaraf vital pada bagian leher yang menyebabkan Agus gagal napas.
Dikatakan Supartawan, keputusan mundurnya kontingen cabor judo ini sebagai bentuk solidaritas antara sesama pemain dan ofisial yang tergabung dalam satu tim.
Sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada Agus.
Ketua Panitia Pertandingan Judo, Putu Agus Putra Adnyana, membenarkan mundurnya kontingen asal Bangli.
Menurutnya, mereka tidak melanjutkan delapan sisa pertandingan.
Ia mengaku tidak mempermasalahkan mundurnya kontingen asal Bangli tersebut.
“Pertandingan judo kami lanjutkan tanpa kontingen asal Bangli. Kami menghargai dan mengapresiasi keputusan mereka karena alsannya solidaritas dan nilai sportivitas tinggi sesama atlet,” Adnyana.
Dikatakannya, perolehan medali emas didominasi pejudo asal Denpasar, disusul Gianyar dan Badung.
Di sisi lain, polisi tetap menyelidiki tewasnya Agus untuk mengetahui ada tidaknya unsur pidana dalam proses kematiannya.
Setelah memeriksa keterangan dari saksi-saksi, kini polisi menyelidiki rekaman video pertandingan tersebut.
"Kami masih menyelidiki dengan memeriksa rekaman video pertandingan. Mudah-mudahan kejadian ini menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk menjadi lebih baik," ujar Kasubag Humas Polres Buleleng, AKP Agus Widarma Putra.
Tewas saat bertanding
Sejumlah atlet asal Kabupaten Bangli duduk bersimpuh di dekat jenazah Wayan Agus Widiantara (27) di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Buleleng, Bali, Selasa (8/9/2015) sore. Raut sedih terlihat dari wajah mereka.
Widiantara, atlet Judo asal Bangli tewas usai melawan atlet asal Buleleng, I Gede Sandy Juniarta (26), dalam pertandingan Judo kelas 90-100 kilogram (kg) putra Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali XII di GOR Undiksha Singaraja, pukul 13.25 Wita.
Ia mengembuskan napas terakhir saat perjalanan menuju RSUD Buleleng.
Pertandingan itu dipimpin tiga orang wasit, yakni Nyoman Sudarmayasa, Dewa Suweda, dan Gede Semarabawa.
Di awal pertandingan berjalan normal. Kedua atlet mengawali pertandingan dengan Hajime (berjalan menuju arena pertandingan).
Detik ke-12, Juniarta berhasil membanting Widiantara dengan bantingan Kosi Guruma di sisi kiri arena. Wasit menganggap bantingan ini tepat, dan Juniarta mendapatkan nilai Yuko.
Pertandingan berlanjut dengan Newaza (pergumulan di bawah). Juniarta yang posisinya berada di atas Widiantara tidak kunjung memperoleh kuncian, sehingga pergumulan terus berlanjut.
Sampai pada detik ke-21, wasit menghentikan pergumulan itu karena terlalu lama.
Selanjutnya, wasit meminta keduanya kembali ke tengah arena untuk melanjutkan pertandingan lagi.
Namun, saat wasit Sudarmayasa menepuk bahu Widiantara yang tertelungkup di lantai arena, tidak ada reaksi dari pejudo berbadan bongsor itu.
Wasit pun lantas membaringkan dengan posisi tengadah, Widiantara sudah tidak sadarkan diri.
Tim medis lantas segera masuk ke arena dan memberikan oksigen serta mengecek detak jantung.
Dari pengecekan tim medis, ternyata Widiantara memerlukan penanganan yang lebih intensif dan selanjutnya dibawa ke RSUD Buleleng.
Namun, tidak berselang lama setelah mendapatkan penanganan intensif di ruang UGD, nyawa Widiantara tidak dapat terselamatkan.
Dirut RSUD Buleleng, Gede Wiartana, mengatakan Widiantara saat masuk ke ruang UGD sudah dalam kondisi kehabisan napas.
Petugas medis dari panitia Porprov menurutnya, masih tetap memberikan pertolongan dengan menggunakan alat kejut jantung dan paru.
"Sampai di sini sudah berhenti napas, tidak ada nadi. Tapi tetap kami coba, ternyata nggak ada kemajuan dan kami memastikan meninggal," kata Wiartana.
Ia menduga, Widiantara meregang nyawa karena mengalami gagal napas setelah syaraf lehernya rusak ketika dibanting lawannya.
"Ada bantingan dan itu yang diperkirakan mengenai syaraf serpikel empat, itu syaraf penting pusatnya pernapasan, kalau itu sampai rusak bisa gagal napas," jelasnya.