TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Paska tertangkapnya delapan pelaku perampokan 3 Kg emas di Toko Emas Janoko, Pasar Putukan, Kecamatan Garum, Polres Blitar berhasil meringkus dua orang tersangka lagi beserta barang bukti lainnya, Kamis (10/9/2015).
Kedua tersangka itu adalah Hartono (40), tukang sepuh emas di Pasar Johar, Semarang dan Oni Sugara (28), pedagang emas di pasar yang sama.
Dari tangan Hartono, petugas menyita emas 1 Ons dan uang Rp 8 juta yang merupakan jatahnya karena dianggap berjasa telah menjualkan emas hasil rampokan ke Oni.
"Saya mau menjualkan asal dapat bagian uang dan emas. Dari 3 Kg emas itu, saya diberi bagian 1 Ons," aku Hartono, Minggu (13/9/2015).
AKBP Muji Ediyanto, Kapolres Blitar mengatakan, Hartono memang tak terlibat langsung perampokan itu, namun mempunyai peran penting. Tanpa peran dia, emas 3 Kg hasil perampokan itu tak bisa jadi uang karena tak ada yang berani membeli.
Agar pembeli tak curiga, Hartono punya tehnik lain, yakni emas 3 Kg tak dijual dalam bentuk aslinya. 2 Kg dilebur sedang sisanya dijual dalam bentuk aslinya, seperti masih berupa gelang, cincin, dll.
Selanjutnya emas itu ditawarkan ke Oni. Oni tak curiga karena Hartono mengaku emas itu miliknya sendiri yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dari pembeli. Apalagi Hartono dikenal sebagai tukang sepuh emas paling lama di pasar itu.
"Akhirnya emas 2,9 Kg dibeli Oni seharga Rp 268 juta. Sebenarnya emas itu seberat 3 Kg, namun yang 1 Ons diberikan ke Hartono karena dianggap berjasa telah menjualkan itu," papar Muji.
Petugas dibuat kaget karena menurut pengakuan para pelaku, mereka sudah empat kali menggunakan jasa Hartono untuk menjualkan emas hasil perampokannya.
Setiap habis merampok toko emas, kedelapan pelaku itu langsung menemui Hartono dan minta tolong untuk menjualkan.
Tehnis menjualnya pun juga sama, sebagian dilebur. "Namun selama ini dijual ke mana saja, itu yang masih kami selidiki," ujarnya.
Empat kali perampokan yang dilakukan delapan pelaku itu di antaranya, dua kali di Kabupaten Blitar, tepatnya di Toko Emas Pasar Gambar dan Kutukan, Kecamatan Garum, dan dua kali di Toko Emas Pasar Brebek, Nganjuk dan toko emas di wilayah Trenggalek.
"Setiap aksi mereka selalu membawa senpi semua dan dilakukan dengan rapi sehingga sulit dideteksi," paparnya.
Berbeda dengan keterlibatan Hartono, yang sudah jelas. Keterlibatan Oni belum diketahui jelas. Namun hasil pemeriksaan sementara, Oni tak tahu sama sekali kalau emas yang dibelinya hasil perampokan.
"Kami akan menyita emasnya semua, termasuk emas yang sudah dibeli Oni," paparnya.
Seperti diketahui, terbongkarnya sindikat perampokan Toko Emas Janoko di depan Pasar Kutukan, Kecamatan Garum, setelah petugas memburu selama sebulan. Mulai ke wilayah Jawa Timur sampai ke Kalimantan.
Kamis (10/9/2015), delapan perampokan toko emas dibekuk, yakni Gaguk Susanto (20), warga Desa Sidem, Nizar Ismail alias Bejo(20), warga Dusun Krajan, Desa Gondang, Andre Sasongko alias Poko (17), warga Dusun Krajan, Desa Kipeng, Febri alias Pepi (20), warga Desa Kipeng, Timeng alias Risma (20), warga Gondang, yang semuanya Kecamatan Gondang, Tulungagung.
Andut Prasetyo alias Daya (22), warga Perumnas Ngemplak, Kecamatan Karangrejo, Tulungagung, Imam Samsuri alias Tilun (20), warga Desa Malasan, Kecamatan Durenan, Trenggalek. Mereka ditangkap di dua tempat, yakni di Tulungagung dan Semarang.
Uang hasil perampokan, katanya sudah habis, di antaranya buat foya-foya karena selama dalam pelarian, mereka tidur hotel. Sedang otak perampokan adalah Andut yang memiliki lima senpi, mulai jenis colt dan FN rakitan, plus amunisinya.
Senjata-senjata itu dibeli seharga Rp 35 juta saat dirinya pulang dari kerja di Jepang (2010-2012). Perampokan terjadi Rabu (12/8/2015) siang, di Toko Emas Janoko, Kecamatan Garum.
Dalam aksinya, mereka mengobral tembakan ke etalase emas. Tak heran, para pedagang yang melihat aksi itu ketakutan karena mirip film aksi para mafia.