Tim itu, kata Isnaini, ingin menunjukkan kepada publik bahwa berwirausaha bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk orang-orang yang selama ini berkecimpung di bidang rawat-merawat dan kesehatan.
Kreasi itu, lanjut Isnaini, juga sebagai bentuk dukungan dari mereka kepada pemerintah atas program pemberian ASI eksklusif selama enam bulan.
“Kalau sekadar wacana, program itu tentu kurang maksimal. Perlu inovasi-inovasi baru yang mendorong,” ucap Isnaini.
Mereka sepakat memilih nastar sebagai peluang bisnis dan inovasi kesehatan karena menganggap kue tersebut merupakan salah satu kue favorit masyarakat.
Tim itu optimistis bisa memasarkan kreasinya dengan baik karena merasa punya manajemen yang lengkap. Ini karena tak semua mahasiswa dalam tim itu adalah mahasiswa kebidanan.
Mohammad Rizal, mahasiswa S-2 Ekonomi Manajemen bertugas mengembangkan arah bisnis. Sifatul Dadilah, mahasiswa s-1 Gizi dibebani menguji kandungan gizi hasil ciptaan mereka.
Sisanya Isnaini, Leni Widianti, dan Lailatus Zuroroh, yang sama-sama mahasiswa D-3 Kebidanan bertugas meracik kue. “Satu toples kue nastar akan kami jual Rp 25.000. Tahap awal ini, kami ingin memproduksi 160 toples dulu,” kata dia.