TRIBUNNEWS.COM, NEGARA - Suasana duka yang mendalam terasa di kediaman I Ketut Gayada (49) di Lingkungan Delod Bale Bale Agung, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, Kamis (15/10/2015).
Di pojokan Bale Sari, Gayada bersama sejumlah kerabatnya tengah rembuk membicarakan jenazah anaknya, I Komang Ngurah Trisna Para Merta (14), yang hendak diautopsi oleh jajaran Polsek Mendoyo karena sempat tertusuk keris saat berperan sebagai rangda dalam pementasan calonarang, Senin (12/10/2015) lalu.
Tak banyak informasi yang diperoleh Tribun Bali (Tribunnews.com Network) atas kejadian tragis yang menimpa korban ketika bertandang ke rumah duka Kamis kemarin.
Belasan kerabat keluarga serta tetangga korban yang datang juga tampak sibuk membuat sarana dan prasarana untuk proses pengabenan korban.
Pihak keluarga juga enggan berkomentar banyak terkait musibah ini.
Mereka menegaskan korban meninggal lantaran penyakit maag serta asam lambung yang sudah lama diderita korban.
Satu di antara kerabat korban, I Gusti Ngurah Putu Mudiadi (62), mengakui korban memang sudah lebih dari 10 kali memerankan rangda dalam pementasan calonarang.
Almarhum juga sebelumnya putus sekolah saat di bangku kelas II SMP lantaran mendapat wangsit untuk Ngiring Tapakan Rangda (pemeran rangda).
Saat itulah almarhum sering menjadi Rangda saat pementasan Calonarang dan ditemani ayahnya yang juga seorang pemangku.
"Memang Senin (12/10/2015) malam kemarin sempat pentas di Pura Jati Luwih, Desa Pohsanten dan dia memerankan rangda. Kami keluarga memang tidak ada firasat buruk apapun, mimpi buruk juga tidak ada," bebernya.
"Informasi di luar itu tidak benar kalau meninggal gara-gara ditusuk keris. Memang ada luka, tapi tidak parah dan cuma tiga jahitan. Kami tegaskan almarhum meninggal karena penyakit maag dan asam lambungnya, bukti medisnya juga ada lengkap di sini," kata pria yang akrab disapa Ajik Meong ini sembari menambahkan proses pengabenan akan diadakan Selasa (20/10/2015) mendatang.
Sementara itu,informasi di Polsek Mendoyo Kamis kemarin menyebutkan korban memang sempat mementaskan calonarang di Pura Jati Luwih, Banjar Pangkung Jangu Kauh, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, pada Tilem Sasih Kapat, Senin (12/10/2015) lalu.
Saat itu, tepat pukul 00.30 Wita, korban yang sudah kerasukan langsung dikerumuni oleh para pengerancab (tukang tusuk).
Aksi penusukan pertama memang berjalan lancar, namun petaka muncul pada aksi penusukan yang kedua.
Saat ditusuk dengan keris, korban yang memerankan rangda ini langsung tersungkur ke tanah.
Melihat bajunya berlumuran darah, pementasan calonarang ini sontak dihentikan.
Korban pun digiring ke pura dan dibawa ke RSUD Negara untuk dirawat.
Kapolsek Mendoyo, AKP Wayan Arta Ariawan, didampingi Kanit Reskrim, AKP I Gusti Komang Muliadnyana, membenarkan kejadian tersebut.
Saat dirawat di RSUD Negara, di lambung kiri korban terdapat luka tusukan sedalam 1 cm, namun setelah mendapatkan tiga jahitan korban kemudian diperbolehkan pulang.
Selasa (13/10/2015) keesokan harinya, korban yang mengalami muntah-muntah, dibawa kembali ke RSUD Negara.
Setelah dirontgen dinyatakan luka tusuk yang diderita korban tak sampai menembus lambung bagian kiri dan korban langsung mendapatkan rawat inap.
Namun naas, Rabu (14/10/2015) keesokan harinya, sekitar pukul 19.30 Wita, korban akhirnya meregang nyawa di RSUD Negara.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis, korban meninggal akibat penyakit asam lambung yang dideritanya.
Arta yang mendapatkan laporan tersebut kemudian mendatangi keluarga korban Kamis kemarin guna mengajukan proses autopsi terhadap jasad korban.
Meskipun sempat berlangsung alot lantaran pihak keluarga korban tidak menghendaki jasad anaknya diautopsi, kata Arta, anggota Polsek Mendoyo yang melakukan pendekatan akhirnya berhasil meyakinkan pihak keluarga dan menyetujui permintaan autopsi tersebut.