TRIBUNNEWS.COM, LHOKSUKON - Jumlah etnis Rohingya yang kabur dari Shelter Desa Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, ternyata sudah lebih dari separuh.
Dari 322 orang, kini hanya tersisa 140 orang lagi. Hal itu diketahui saat pendataan kembali oleh tim Pemkab Aceh Utara, IOM, UNHCR, dan Polsek Kuta Makmur, Kamis (15/10/2015) sore.
"Setelah kita data bersama, hanya tersisa 140 orang lagi di shelter itu. Sedangkan jumlah mereka ketika dipindahkan dari Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Lapang ke Shelter tersebut mencapai 322 orang," ujar Kabag Humas Pemkab Aceh Utara, Drs Amir Hamzah kepada Serambi (Tribunnews.com Network), Jumat (16/10/2015).
Menurut Amir, selama ini shelter itu dikawal polisi pada siang dan malam. Namun, kemungkinan mereka kabur dengan melompat pagar dari belakang shelter.
"Dugaan kita ada pihak yang membantu mereka kabur dari shelter, sebab mereka belum menguasai jalan di kawasan Aceh Utara, apalagi kabupaten/kota lainnya, jadi bagaimana bisa kabur," kata Amir.
Menurutnya, banyak Rohingya yang kabur setelah keluar hasil visum terhadap empat warga Rohingya tersebut yang mengaku mengalami pelecehan seksual. Padahal pengakuan dugaan pelecehan seksual tersebut adalah rekayasa mereka.
Salah satu yang kabur adalah Mohd Husein (38) yang selama ini menjadi translater, karena ia menguasai bahaya melayu. Bahkan seluruh saudara Husein yang berada di shelter itu juga sudah kabur.
"Tujuan mereka sebenarnya ke Malaysia, bukan ke Aceh. Tapi selama ini di Aceh kita sudah memberi pelayanan yang baik kepada mereka," katanya.
Amir Hamzah juga menyebutkan, Pemkab Aceh Utara tidak memiliki anggaran untuk biaya mencari mereka. Tapi pihaknya akan bersedia menampung mereka, jika kembali ke shelter.
Kasi Wasdakim Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Albert, Jumat (16/10/2015) menyebutkan, lima Rohingya Kamis (15/10/2015) malam ditemukan di dua lokasi terpisah, di Lhoksukon, Aceh Utara, dan di Aceh Timur. Mereka ditemukan warga.
"Pagi Jumat baru saya jemput ke Polres Aceh Utara untuk dikembalikan ke lokasi penampungan," kata Albert.
"Untuk yang di Aceh Timur, nanti polisi akan menyerahkan ke Imigrasi Langsa. Setelah itu baru diserahkan ke kami. Jadi sementara ini kita belum memperoleh data apakah pria ataupun wanita. Tapi yang ditemukan di Aceh Utara adalah seorang wanita bersama bayinya," ungkap Albert.
Albert menambahkan, selama ini warga etnis Rohingya sudah mulai brutal. Bila dilarang keluar shelter, mereka akan memaki petugas, termasuk tidak segan-segannya mengancam petugas dengan cara melempar batu.
"Kita tidak tahu kenapa sekarang mereka bertindak seperti itu kepada petugas," kata Albert.(jaf/bah)