Laporan Reporter Tribun Jogja, Anas Apriyadi
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Puluhan imigran pengungsi asal Afghanistan dan Myanmar yang tengah ditempatkan di Pondok Pemuda Ambarbinangun, Tirtonirmolo, Kasihan harus dibawa ke Mapolres Bantul setelah didatangi puluhan warga dan anggota ormas Islam, Selasa (20/10/2015) dini hari.
Ini karena mereka diduga menjalankan ritual Syiah.
Kapolsek Kasihan, Kompol Suwandi menerangkan sejumlah imigran yang ada di tempat tersebut memang baru ditempatkan oleh Dinas Sosial DIY selama 11 hari mulai 8 Oktober 2015 lalu.
Namun pihak Polsek tidak mendapat pemberitahuan tentang penempatan mereka maupun aktivitas yang mereka lakukan di sana.
"Tahu-tahu semalam mereka melaksanakan giat Asyura, oleh kelompok masyarakat sekitar diendus sebagai kelompok Islam Syiah, akhirnya warga sekitar sini tidak senang, dan meminta supaya dipindahkan dari wilayah sini," ujarnya pada Selasa (20/10/2015).
Suwandi menjelaskan masyarakat yang menolak berasal dari sejumlah ormas Islam dan warga sekitar.
Penolakan mereka menurutnya tidak sempat menimbulkan kericuhan, karena setelah dilakukan mediasi oleh kepolisian, para pengungsi langsung dibawa ke Mapolres Bantul untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
"Tidak ada ribut-ribut, hanya teriak-teriak," ujarnya.
Setelah diamankan di Mapolres Bantul pada Selasa dini hari, para imigran tersebut menurutnya dibawa ke Kantor Dinsosnakertrans Kota Yogyakarta di Tegalrejo, untuk kemudian dibawa ke Solo.
Menurut Suwandi, kegiatan yang digelar para pengungsi sebenarnya hanya untuk internal mereka, namun terendus oleh ormas yang ada di sekitar wilayah tersebut.
Suwandi berharap ada kerjasama yang baik dengan instansi lain untuk menginformasikan kegiatan yang ada di wilayah hukum Kasihan, apalagi yang melibatkan warga asing serta kerawanan lainnya.
"Kalau tiba-tiba ada gegeran seperti semalam ini kan kami yang repot," paparnya.
Babinkamtibmas Tirtonirmolo, Aipda Sudarsana menerangkan jumlah pengungsi yang ada di Pondok Pemuda Ambarbinangun semalam berjumlah 31 orang dengan rincian 30 asal Afghanistan, dan satu orang asal Rohingya, Myanmar.
Menurut Sudarsana kegiatan yang dilakukan para pengungsi di sana memang diduga mirip dengan ritual Asyura dimana telah disiapkan mimbar, serta terlihat simbol-simbol yang berkaitan dengan Syiah.
"Di aula itu dikitari tulisan arab, seperti Ya Muhammad, Ya Ali, Ya Husain," ujarnya.
Penolakan kelompok ormas menurutnya sudah dimulai sejak pukul 20.00, namun dengan pendekatan pihak kepolisian, tindakan anarkis bisa dihindarkan.
Upaya polisi membawa para pengungsi ke Mapolres Bantul menurutnya lebih untuk melindungi para pengungsi dari anggota ormas.
"Mereka dibawa untuk diamankan dari amuk massa, karena intinya ormas tidak mau aliran Syiah berkembang," paparnya. (iwe)